Inmemorium A Halim R Catatan Kenangan Syafaruddin Dg Usman

Editor: Redaksi author photo
Inmemorium A Halim R 

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) – Kalimantan Barat kembali kehilangan sosok bersahajanya, HA Halim R Jurnalis Senior Cum Budayawan, wafat di saat Pandemi melanda, Perupa senior ini tutup usia di RSUD dr Sudarso Jumat, 16 Juli sekitar pulul 18 WIB.

Karikaturis yang kesohor dengan simbol “kodok kritis” ini pergi dengan bahagia meninggalkan tak sedikit kenangan, Sempat sebagai Pimpinan Redaksi (Pemred) koran harian terkemuka Akcaya, meneruskan sebagai redaktur senior hingga purnakarya di Pontianak Post.

AHR, begitu inisialnya dikenal luas di lingkungan pers, adalah redaktur kritis. Kerapian, teliti dan apik menata kalimat, adalah ciri khasnya.

Kelahiran Sintang lewat 70 tahun silam ini menyudahi hayatnya dengan tak sedikit karya tulisnya yang bernas, Memulai karir sebagai guru seni rupa di Sanggau selepas kuliah di ASRI Jogjakarta, AHR kepincut di dunia tulis.

Juga membuat syair lagu berlatar KalBar, selain meninggalkan tak sedikit lukisan piawainya, AHR pada zamannya sohor melahirkan karya besar maskot KalBar, burung enggang gading dan tengkawang tungkul.

Di tangan piawainya pula motif khas Melayu KalBar terangkat dan memotivasi banyak desainer menggali kekhasan daerah ini.

Kakek beberapa cucu ini pergi selamanya setelah berjuang menghadapi paparan covid 19, Meski sehari-harinya penyuka senandung Melayu ini tampak sehat-sehat saja, namun AHR tak kuasa berpaling dari maut.

Sejumlah tulisan, opini, yang dimuat di Akcaya kemudian Pontianak Post, banyak polesan kritisnya.

Berpostur mungil, lelaki peramah dan murah senyum ini meninggalkan banyak kenangan baik.

Kini AHR berpisah dengan mesin ketik tuanya, takdir mengantarkan ke peristirahatan abadinya.

Di Pemakaman Muslim Sungai Bangkong, di sana dia yang kini sudah almarhum bersemayam untuk selamanya, Istirahatlah dengan lapang dan tenang guru, senior, panutan …

Selamat jalan, Karya-karyamu tak akan hilang dan menyembunyikan ketokohan dan kepiawaian serta nama besarmu.

Innalillahi waina Ilaihirajiun …

 

(Penulis Syafaruddin Dg Usman, freelance di koran Akcaya, kemudian di Kapuas Pos, tahun 1988–2012)

Share:
Komentar

Berita Terkini