BRISIK PUAN bersama SAKA Gelar Perempuan Dalam Bayang-Bayang Patriarki

Editor: Redaksi author photo

 Peserta Berdiskusi Asik Perempuan (BRISIK PUAN) 

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK)
- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Febi dan Syariah bidang Pemberdayaan Perempuan (PP) sukses berkolaborasi mengadakan kegiatan Berdiskusi Asik Perempuan (BRISIK PUAN) dengan Tema "Perempuan dalam bayang-bayang Patriarki" di Coffee One Circel pada hari Minggu, 14 Januari 2024.


Kepala Bidang (KABID) PP Komisariat Syariah, Faqiha menegaskan isu patriarki masih terbelenggu terutama di ruang lingkup organisasi, melalui kegiatan ini secara tidak langsung memberikan kesempatan mendalam terhadap pengetahuan mengenai patriarki pada perempuan dan berharap melalui kegiatan dapat menjadi platform dalam mendorong kesadaran dan aksi mempromosikan kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil.


"Karena banyak sekali terutama dalam lingkup organisasi sendiri, perempuan itu masih dibelenggu dengan isu patriarki ini. Memilih tema perempuan dalam bayang-bayang patriarki memberikan kesempatan untuk menyelidiki secara mendalam dampak patriarki pada perempuan, menggali tantangan yang dihadapi, serta merumuskan solusi untuk mewujudkan kesetaraan gender.,"jelasnya.


Faqiha mengatakan fokus pada perempuan memungkinkan pencerahan terhadap pengalaman unik mereka dan pentingnya mendengarkan suara mereka dalam perjalanan menuju perubahan positif.


"Diharapkan output yang didapat dari kegiatan ini adalah mereka dapat menjadi platform untuk mendorong dialog, kesadaran, dan aksi untuk mempromosikan kesetaraan gender serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil," ujar Faqiha.


Lulu Musyarrofah selaku pemateri dari Suar Asa Khatulistiwa menyampaikan perempuan seringkali menjadi korban dalam isu patriarki dan perlu adanya perhatian khusus terhadap perempuan sebagaimana dalam hal ini kesetaraan dapat dikatakan tercapai namun belum tentu suatu keadilan juga tercapai di dalamnya.


"Penyajian dalam dalam suatu isu yang dasarnya tidak habis untuk dibahas jika berhenti itu berarti kita sudah tidak peduli terhadap hal tersebut, dan patriarki seringkali mengerucut kepada perumpuan sebagai korban dan selalu di anggap remeh ketika mencoba berbicara ke arah keterwakilan perempuan dan emansipasi.  Perlu adanya perhatian khusus pada perempuan karna posisi subordinat perempuan menempatkannya lebih rrntan deskriminasi yang walaupun mendapatkan hak dan posisi yang mencerminkan kesetaraan namun belum tentu mendapatkan keadilan," Jelas Lulu.


Peserta diskusi BRISIK PUAN, Zahwa Istiqomah turut memberikan pandangan terhadap kegiatan ini menurutnya  patriarki merupakan sebuah sistem yang tidak adil dan membatasi kebebasan dan kesetaraan antara pria dan wanita serta mendukung perjuangan dalam mengatasi pemahaman patriarki dan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan adil.


"Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini dari forum tadi saya dapat memahami patriarki adalah  merupakan sebuah sistem yang tidak adil dan membatasi kebebasan dan kesetaraan pria dan wanita, saya percaya bahwa setiap individu tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak yang sama untuk dihormati, diakui, dan memiliki kesempatan yang setara dalam segala aspek kehidupan dan saya mendukung perjuangan untuk mengatasi pemahaman patriarki dan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang" ucap Zahwa.


Kesataraan dan keadilan merupakan hak bagi setiap individu tanpa memandang kelas gender maupun kehidupan sosial manapun, sebagai makhluk sosial kecendrungan dalam bersikap tidak semua dirasa merdeka dan selalu terdapat korban di dalamnya, oleh karena itu pentingnya bagi setiap individu dalam mendapatkan haknya tanpa membatasi skala pergerakan terhadap hal apapun, baik perempuan maupun laki-laki porsi dalam berekspresi tentu harus seimbang dan saling berkesinambungan agar terwujudnya kesetaraan yang mencapai keadilan terhadap semuanya.(RaF).

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini