Periode Kedua Erick Akan Bawa MES Melambung Lebih Tinggi
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Walau periode pertama kepemimpinannya di Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) berlangsung singkat, hanya tiga tahun dari 2020 sampai 2023, namun Erick Thohir dinilai berhasil menjalankan misi memasyarakatkan ekonomi syariah dan mengekonomi-syariahkan masyarakat.
Kepercayaan
pada kemampuan Erick Thohir yang juga Menteri Negara BUMN itu membuat peserta Munas VI MES di Jakarta
secara aklamasi memilihnya untuk kembali memimpin MES di periode kedua.
Tidak
seperti periode pertama yang hanya berlangsung selama tiga tahun, dalam Munas
VI MES juga diputuskan perpanjangan periode kepengurusan menjadi lima tahun.
Dengan demikian, pada periode kedua ini Erick akan memimpin MES dari 2023
sampai 2028.
“Kami
yakin, pada periode kedua nanti yang berlangsung selama lima tahun, di bawah
kepemimpinan Pak Erick Thohir, MES akan melambung lebih tinggi lagi,” ujar
Sekretaris Bidang IV Teguh Santosa.
Teguh
adalah orang pertama yang mengajukan usul agar periode kepengurusan MES
diperpanjang dari tiga tahun menjadi lima tahun. Tiga tahun menurutnya terlalu
singkat untuk menjaga kesinambungan program. Dengan lima tahun kepengurusan
diharapkan program kerja yang dijalankan dapat tuntas dan menjadi pijakan yang
solid untuk periode selanjutnya.
Usul
memperpanjang periode kepengurusan itu disampaikan Teguh kepada Sekretaris
Jenderal MES Iggi Haruman Achsien pada kegiatan Pra Munas. Adapun Iggi
mengatakan akan membawa usul itu dalam sidang di Munas IV.
Teguh
yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), salah satu
organisasi konstituen Dewan Pers, mengatakan organisasi yang dipimpinnya juga
memiliki concern pada penguatan pelaku usaha di daerah.
Dalam
kegiatan Pra Munas, JMSI dan MES telah menandatangani Memorandum of
Understanding (MoU) yang mencakup pengembangan literasi ekonomi dan keuangan
syariah, perencanaan dan pengembangan ekosistem ekonomi syariah digital, dan
kampanye gaya hidup halal untuk meningkatkan halal awareness, serta
pengembangan minat penulisan terkait ekonomi dan keuangan syariah.
Teguh
yakin, sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, potensi
Indonesia untuk menjadi pemain utama ekonomi syariah sangat terbuka luas.
Ketika
memberikan sambutan dalam Munas VI MES, Erick Thohir menjelaskan bahwa total
aset industri keuangan syariah di Indonesia sampai akhir 2022 tercatat lebih
dari Rp 2.813 triliun. Angka ini memperlihatkan pertumbuhan sebesar 13,4 persen
dari tahun sebelumnya.
Selain
itu, Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor industri halal.
Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy Report, Indonesia
berada di peringkat keempat negara.
Namun
pengembangan ekonomi syariah di Indonesia masih menghadapi tantangan yang tidak dapat dipandang
sepele.
Market
share industri jasa keuangan syariah, misalnya, masih relatif rendah,
yakni 10,69 persen yang berarti masih di bawah target pemerintah sebesar 16
persen. Ini berarti masih banya anggota masyarakat yang belum menggunakan
produk dan jasa keuangan syariah.
Tingkat
literasi dan inklusi keuangan syariah juga masih rendah, yakni 9,14 persen dan
12,12 persen. Masih sangat rendah dibandingkan indeks relasi dan inklusi
keuangan nasional, sebesar 49,68 dan 85 persen.
Di sisi
lain, diferensiasi model bisnis produk syariah juga masih cukup terbatas,
sertas tingkat adaptasi dan adaptasi
teknologi juga belum memadai.
Berbagai
tantangan inilah yang membuat MES merasa perlu menjalin kerja sama dengan
berbagai pihak dalam upaya menjadikan ekonomi syariah sebagai arus utama.
“Kami
di JMSI menangkap arti penting ini, dan yakin kerja sama kedua organisasi dapat
membuat ekonomi syariah semakin mendapatkan perhatian yang sebagai signifikan
di tengah aktivitas ekonomi masyarakat,” demikian Teguh Santosa. [Sumber :
Sekretariat JMSI].
Editor
: Aan