Rita Dan Kelompoknya Cegah Karhutla Berkat Jahe Merah

Editor: Redaksi author photo

Rita Dan Kelompoknya Cegah Karhutla Berkat Jahe Merah
KALBARNEWS.CO.ID (JAMBI) - Rita Ayuwandari bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Wangi menjadi inspirasi karena mencegah Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berkat menanam tanaman jahe merah di Desa Dataran Kempas, Tebing Tinggi, Tanjungjabung Barat, Jambi.

Kami kaum perempuan memiliki kemampuan untuk menginspirasi pelestarian lingkungan hidup dan kehutanan menjadikan bumi lebih baik sambil tetap menjalankan perannya dalam keluarga, kata Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Wangi Rita Ayuwandari, di Jambi Senin (26 Desember 2022).

Hal itu dibuktikan oleh para tokoh perempuan champion yang menjadi pembicara pada sesi talkshow di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) beberapa hari lalu.


Rita yang dinobatkan sebagai women champion dari Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) merupakan salah satu bentuk nyata kemitraan yang dibangun bersama perusahaan sebagai pemegang izin dengan masyarakat.


Rita bersama 20 anggotanya mengembangkan budidaya jahe merah dan mengolahnya menjadi serbuk minuman dan makanan dengan omset mencapai Rp40 juta per bulan.


“Kaum perempuan harus menjadi perempuan yang aktif, kreatif, inovatif, dan produktif,” katanya.

Rita menuturkan, KWT Mekar Wangi mulai mengembangkan budidaya jahe merah sejak 2017 melalui Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) APP Sinar Mas. Melalui program DMPA, anggota KWT Mekar Wangi mendapat pelatihan budidaya jahe merah yang ramah lingkungan.


“Dulu warga desa membuka lahan budidaya dengan cara membakar, sekarang kami memahami hal itu tidak boleh dilakukan. Ibu-ibu anggota kami pun terinspirasi untuk melakukan budidaya tanpa membakar lahan,” katanya.

Melalui program DMPA, KWT Mekar Wangi juga mendapat fasilitasi pendampingan dari Dinas Hortikultura dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan agar bisa mengolah jahe merah yang dibudidayakan menjadi produk hilir yang bernilai tinggi.


Rita mengatakan pada awalnya KWT Mekar Wangi hanya mampu memproduksi lima kilogram jahe merah setiap bulan namun saat ini produksinya sudah capai 100-200 kilogram per bulan.


Serbuk minuman jahe merah yang dihasilkan KWT Mekar Wangi saat ini pun sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia memanfatkan jaringan marketplace.


“Dulu kami hanya bisa memasarkan di sekitar desa, sekarang produk kami sudah dipasarkan di mini market juga ke seluruh Indonesia secara online,” kata Rita.


Perkembangan KWT Mekar Wangi menginspirasi munculnya kelompok-kelompok lain di 10 desa yang ada di lima kecamatan yang tersebar di Jambi. Selain itu Rita pun kerap diundang di berbagai forum untuk membagikan pengalaman dan pengetahuannya dalam pengembangan produk minuman jahe merah.


Dia mengatakan, dengan pengembangan jahe merah bisa membantu perekonomian keluarga sambil tetap memberi perhatian besar pada keluarga karena pekerjaannya bisa dilakukan di rumah.


“Kaum perempuan harus aktif, kreatif, inovatif dan produktif, ada prinsip 5M yang saya pegang, wanita harus bisa menanam, menghasilkan produk, menjual, menguntungkan, dan melestarikan lingkungan,” katanya.


Sementara itu Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba menyatakan kami berharap program-program pemberdayaan perempuan yang telah dan sedang di jalankan ini dapat memberi manfaat bagi unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga.


Maupun lingkungan dimana kami beroperasi juga terus melakukan berbagai inisiatif dan mengidentifikasi peluang program pemberdayaan perempuan lainnya dengan membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak guna memastikan perusahaan konsisten menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan bersama-sama mewujudkan masa depan yang lebih baik.


Program DMPA sendiri yang menyasar pemberdayaan perempuan sejak 2016 antara lain, budidaya jahe merah serta tanaman herbal, usaha makanan kering atau makanan ringan, kerajinan dan seni kriya, jasa kecantikan, hortikultura, peternakan, dan lain sebagainya. (Tim Liputan)

Editor : Aan

 

Share:
Komentar

Berita Terkini