KALBARNEWS.CO.ID
(JAKARTA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam
adanya aktivitas deformasi berupa inflasi atau penggembungan yang terjadi pada
Gunung Semeru, Jawa Timur. Selasa (13 Desember 2022).PVMBG Rekam Peristiwa Penggembungan Gunung Semeru
Koordinator Gunung Api
PVMBG Oktory Prambada mengatakan peristiwa itu terjadi akibat ada suplai magma
yang memenuhi dapur magma atau kantong-kantong magma pada gunung api tersebut.
"Ini juga menimbulkan deformasi berupa
inflasi atau bahasanya gunung ini menggembung pada Oktober 2022. Ini sejalan
dengan catatan seismik kami yang menunjukkan bahwa Oktober itu ada suplai magma
(signifikan), baik di dapur magma atau kantong-kantong magma," ujarnya
dalam sebuah webinar tentang gunung api yang dipantau di Jakarta.
Oktory menjelaskan pascaerupsi yang terjadi pada
akhir 2021 lalu, Gunung Semeru secara konstan mengalami suplai dan pergerakan
magma hingga puncaknya terjadi pada Oktober 2022.
Gunung Semeru yang menggembung itu terjadi akibat
peningkatan tekanan dan desakan magma di dalam tubuh gunung api tersebut.
Perubahan deformasi itu terpantau melalui tiltmeter dan pemodelan GPS berupa gambar
warna-warni yang terdapat pada tubuh gunung api tersebut.
"Dua hari sebelum meletus SO2 (sulfur
dioksida) tampak besar keluar dari erupsi Gunung Semeru," kata Oktory.
Pada 4 sampai 7 Desember 2022, citra thermal
mengindikasi anomali yang menurun dari 15 MW ke 3 MW yang mengindikasikan
berkurangnya penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah Gunung Semeru.
Saat ini, status Gunung Semeru berada pada level
III atau Siaga setelah sebelumnya sempat naik ke level IV atau Awas akibat
erupsi yang terjadi pada 4 Desember 2022 lalu. Status Awas itu hanya
berlangsung selama lima hari dan turun kembali ke status Siaga pada 9 Desember
2022.
PVMBG merekomendasikan warga untuk tidak melakukan
melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan,
sejauh 13 kilometer dari puncak Gunung Semeru.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan
aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan
karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak
17 kilometer dari puncak.
Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan warga
untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak Gunung Semeru
karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Warga diminta untuk mewaspadai potensi awan panas
guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang
berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang,
Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang
merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Gunung Semeru yang memiliki tinggi 3.676 meter di
atas permukaan laut tersebut secara administratif terletak dalam dua kabupaten,
yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur. (Tim Liputan)
Editor : Aan