KALBARNEWS.CO.ID (BEIJING) -- Ekonomi digital dan pembangunan
hijau telah menjadi tren penting dalam ekonomi dunia dan transformasi sosial. Selasa (22 November 2022).Tiongkok Dorong Anggota APEC Agar Mempercepat Pembangunan Digital Dan Hijau
Presiden
Tiongkok Xi Jinping mendorong, Jumat lalu, seluruh anggota APEC agar
meningkatkan kerja sama ekonomi dan teknis, serta mempercepat pembangunan
digital dan hijau secara terarah.
Dengan
populasi 2,9 miliar jiwa, 21 anggota APEC berkontribusi lebih dari 60% terhadap
produk domestik bruto (PDB) dunia, serta setengah dari nilai perdagangan dunia.
Maka, status wilayah ini sangat penting bagi dunia. Sementara, realisasi
pembangunan digital dan hijau secara terarah juga sangat vital.
Hubungan
antara ekonomi digital dan hijau
Digitalisasi
dan pertumbuhan yang ramah lingkungan saling berkaitan dan melengkapi, seperti
disampaikan Wang Song, seorang pejabat Cyberspace Administration
of China, dalam acara jumpa pers, 7 November lalu.
Wang
mengeluarkan pernyataan tersebut ketika melansir laporan resmi berjudul
"Jointly Build a Community with a Shared Future in Cyberspace" yang
dirilis State Council Information Office, Tiongkok. Publikasi ini mendorong
"kerja sama dalam mengoordinasikan transformasi menuju digitalisasi dan
pertumbuhan yang ramah lingkungan."
Teknologi
digital semakin berperan mempromosikan ekonomi hijau, menurut Wang. Pada 2030,
industri di Tiongkok diproyeksikan akan menurunkan emisi karbon sebanyak
12,1 miliar ton berkat kemajuan teknologi digital, seperti dipaparkan
Wang.
Tiongkok
dan anggota APEC lain bekerja sama dalam bidang ekonomi digital
Tiongkok
telah mencantumkan pengembangan ekonomi digital sebagai strategi nasional.
Skala
ekonomi digital Tiongkok kini berada di posisi kedua di dunia selama beberapa
tahun terakhir, menurut laporan State Council untuk Komite Tetap Kongres
Nasional Rakyat Tiongkok pada 28 November lalu.
Perkembangan
juga terus tercapai dalam kerja sama ekonomi digital antara Tiongkok dan negara
APEC lain.
Alibaba
Group asal Tiongkok dan pemerintah Thailand menandatangani sebuah
perjanjian kerja sama pada April 2018 di Bangkok. Lewat kerja
sama ini, kedua pihak bermitra dalam bidang e-commerce, logistik
digital, pariwisata, dan pelatihan personel.
Alibaba
Group juga meluncurkan pusat data pada Mei 2022 di Thailand guna
meningkatkan kemampuan inovasi digital bagi kalangan perusahaan, menurut
keterangan Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Filipina
dan Australia, juga telah bekerja sama dengan Alibaba dalam bidang ritel,
logistik, keuangan dan tekfin, serta hiburan digital dan layanan bagi
perusahaan publik, seperti disampaikan Alibaba Group.
Kerja
sama dalam bidang pembayaran digital turut diperkuat. November lalu, China
Unicom menyampaikan, lebih dari enam juta kartu UnionPay telah diterbitkan
di Asia Tenggara sejak awal tahun ini, mengalami peningkatan tahunan
sebesar 40%.
Hingga
kini, lebih dari 40 juta kartu UnionPay telah diterbitkan di 10 negara ASEAN,
tujuh di antaranya menjadi anggota APEC.
Pembangunan
hijau Tiongkok
Pertumbuhan
yang ramah lingkungan menjadi pendekatan praktis dan fleksibel untuk
merealisasikan pembangunan berkelanjutan di ekonomi dunia.
Kongres
Nasional Partai Komunis Tiongkok Ke-20 mendorong Tiongkok agar mempercepat
transisi menuju pembangunan hijau, meningkatkan industri hijau dan rendah
karbon, serta mempromosikan cara-cara yang ramah lingkungan dan rendah karbon
dalam kegiatan produksi dan kehidupan.
Tiongkok
ingin mencapai puncak emisi karbondioksida sebelum 2030 dan netralitas karbon
sebelum 2060.
Pasar
karbon nasional di Tiongkok telah mencakup sekitar 4,5 miliar emisi
karbondioksida, atau yang terbesar di dunia setelah satu tahun berjalan,
menurut Zhao Yingmin, Ketua Delegasi Tiongkok di Conference of Parties to the
United Nations Framework Convention on Climate Change Ke-27 pada 8 November
lalu di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Produsen
mobil listrik dan hybrid terbesar di Tiongkok, BYD, meneken
perjanjian kerja sama pada September lalu dengan pengembang kawasan industri
asal Thailand, WHA Group. Kerja sama ini terjalin untuk membangun pabrik
kendaraan listrik (EV) baru di Thailand dengan kapasitas produksi
tahunan yang direncanakan 150.000 unit.
Thailand ingin
mengembangkan segmen pasar EV, dan menargetkan, 30% dari produksi otomotifnya
berasal dari segmen EV. Maka, Thailand merilis kebijakan investasi
dan promosi baru untuk menarik investasi di seluruh rantai industri kendaraan
listrik pada tahun ini, menurut China Council for the Promotion of
International Trade pada Februari lalu.
Ekspansi
BYD ke Thailand akan mendukung industri otomotif di negara ini untuk
merealisasikan target tersebut, serta menopang
status Thailand sebagai basis produksi EV dunia, seperti disampaikan
Salah Satu Pendiri dan Chairman, WHA, Jareeporn Jarukornsakul.
BYD
berharap, teknologi EV buatannya akan berkontribusi terhadap industri EV
Thailand, menurut Liu Xueliang, General Manager, BYD Asia-Pacific
Auto Sales Division.
Tiongkok
pun mendorong kalangan perusahaan agar mengintegrasikan pembangunan hijau dalam
seluruh kegiatan investasi dan kerja sama di luar negeri, menurut panduan yang
dirilis Kementerian Perdagangan Tiongkok serta Kementerian Ekologi dan
Lingkungan Hidup Tiongkok pada 2021. (Tim liputan)
Editor : Aan