KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Semakin
menguatnya dominasi minuman kekinian dari luar negeri yang merajai pasar Indonesia, rupanya mengundang kegelisahan
Fidya Zurasta. Berangkat dari pemikiran itu, ibu
rumah tangga yang berdomisili di Bekasi ini kemudian merintis Cincau Clinic,
sebuah UMKM yang bergerak dalam usaha minuman
tradisional. Selasa (22 November 2022)Cincau Clinic Mengemas Minuman Tradisional Bercita Rasa Modern
“Kita ingin melestarikan
minuman tradisional dengan cara beradaptasi terhadap selera modern sehingga tetap relevan dengan trend
minuman-minuman kekinian yang semakin marak,”
kata Fidya.
Es cincau hijau kemudian
dilirik oleh Fidya karena kaya khasiat termasuk sebagai suplemen alami. Pada saat yang sama, pedagang
minuman es cincau hijau semakin jarang ditemui. Diikuti
dengan semakin sedikitnya minat petani membudidayakan tanaman cincau.
Dua hal itulah yang
membulatkan niat Fidya, yaitu mendongkrak pamor minuman tradisional, sekaligus memberdayakan
petani. Cincau Clinic kemudian menggandeng para petani
dari daerah Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Wahyudi, salah seorang petani
cincau Ciomas, bersyukur atas adanya kolaborasi antara UMKM dengan para petani seperti dirinya.
“Kesulitan kami selama ini ketika menanam cincau,
jalur pemasaran daun yang rutin itu belum ada. Itu yang jadi kendala kami
selama ini,” ujar Wahyudi.
Kini, berkat adanya Cincau
Clinic, paling tidak seminggu sekali Wahyudi bisa menjual daun cincau sebagai bahan minuman. “Saya menanam
cincau jenis jelly. Tapi karena Cincau Clinic butuh
juga cincau bulu, maka saya bisa mengajak petani lain. Alhamdulillah, adanya
akses pemasaran ini saya bisa memperluas lahan
agar kesinambungan pasokan terjaga,” papar Wahyudi.
Fidya menyebut bahwa adanya
UMKM yang bisa menggerakkan rantai pasok (supply chain) merupakan tujuan utamanya mendirikan Cincau
Clinic. Rantai pasok yang ia maksud adalah adanya
petani yang memasok bahan baku, UMKM yang memproduksi produk, dan memasarkannya ke konsumen. “Sebaik-baiknya
bisnis tentu yang bisa bermanfaat buat orang
banyak, termasuk saudara-saudara kita para petani,” urai Fidya yang juga alumni Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga,
Surabaya ini.
Apalagi menurut Fidya,
industri makanan dan minuman (mamin) menyimpan potensi pasar serta kontribusi yang signifikan terhadap
struktur ekonomi nasional. Ia kemudian menyitir data
Kementerian Perindustrian, dimana 99 persen pelaku industri makanan-minuman adalah pengusaha mikro dan kecil. Secara
keseluruhan, ada 1,68 juta pelaku industry berskala
mikro dan kecil yang berkontribusi terhadap output industri
makanan-minuman nasional sebesar 10
persen.
Fidya kembali mengingatkan
bahwa pedagang es tradisional kini perlahan mulai tergeser oleh dominasi minuman kekinian dari luar
negeri. Ia menyebut misalnya dominasi bubble tea,
minuman manis asal Taiwan. Lalu ada thai tea, minuman khas Thailand.
“Kita sadar sekarang eranya
globalisasi. Jadi tantangannya adalah bagaimana minuman tradisional bisa menyesuaikan diri tanpa
harus meninggalkan identitas aslinya,” ujar Fidya.
Oleh karena itu, Cincau
Clinic memasarkan es cincau susu yang dikreasi dalam berbagai varian rasa, mulai dari es kopyor, brown
sugar, alpukat, cocopandan, sampai susu kedelai (soya).
“Alhamdulillah respons pasar
sejauh ini cukup baik. Bisa diterima di berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak sampai dewasa,” tukas
Fidya. Salah satu outlet Cincau Clinic ini berlokasi
di Jalan Puri Gading Utara Raya no. 108, Jatimelati, Pondok Melati, Kota
Bekasi.
Cincau Clinic juga memasarkan
produknya di platform digital melalui aplikasi pesan antar makanan, mulai dari GoFood, ShopeeFood,
sampai GrabFood. Hal ini seperti kecenderungan pelaku
UMKM lainnya. Data Statistik Penyediaan Makanan dan Minuman 2018 dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, sebanyak 45,53
persen usaha memanfaatkan media daring untuk
mempromosikan usaha atau produk.
“Sekarang kan sudah
ada media sosial, seperti Instagram, Tiktok, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Ini juga kami manfaatkan untuk
berpromosi dan menjaga komunikasinya dengan konsumen,”
tutur Fidya. Ia menyebut informasi produk Cincau Clinic secara rutin diunggah di Instagram @cincauclinic.id, facebook
Cincau Clinic, dan Tiktok @cincauclinic.id.
Melihat potensi cincau hijau
dalam konteks pengembangan pangan lokal, Cincau Clinic menyatakan terbuka terhadap peluang
kolaborasi baru dengan berbagai pihak. “Kami sangat
terbuka terhadap kolaborasi, tak hanya dengan para petani, tapi juga kalangan akademisi dari perguruan tinggi, jika ada
hasil riset-riset baru tentang kebermanfaatan cincau
hijau demi kepentingan yang lebih luas,” tukas Fidya.(Tim liputan)
Editor : Aan