Gencatan Senjata Israel-Hamas: Fase Pertama Dimulai, Nasib Gaza di Ujung Tanduk

Editor: Redaksi author photo

Gencatan Senjata Israel-Hamas: Fase Pertama Dimulai, Nasib Gaza di Ujung Tanduk

KALBARNEWS.CO.ID (GAZA)  - 
Israel kembali melakukan serangan udara di Gaza yang menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa pada Rabu, 15 Januari 2025. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Serangan tersebut menyebabkan sedikitnya 82 orang tewas, termasuk di antaranya banyak warga sipil, dan melukai puluhan lainnya.


Laporan dari Al Jazeera menyebutkan bahwa serangan ini menargetkan beberapa wilayah di Gaza, termasuk serangan udara yang menghancurkan rumah-rumah warga di Kota Gaza. Sebanyak 30 orang dilaporkan tewas di Kota Gaza, termasuk 18 orang yang tewas dalam serangan yang menghantam sebuah rumah dekat Gedung Persatuan Insinyur di utara Jalur Gaza pada malam hari. Pertahanan Sipil Palestina mengungkapkan bahwa 12 jenazah ditemukan di daerah Sheikh Radwan, yang merupakan salah satu kawasan terpadat di Gaza.


Selain itu, serangan udara yang menargetkan pertemuan warga di kamp Bureij di Gaza Tengah menyebabkan 5 orang tewas. Kejadian ini berlangsung tepat ketika banyak warga Palestina kembali ke tenda mereka setelah merayakan pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kejadian ini mengakibatkan ketegangan yang semakin meningkat di wilayah tersebut.


Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan setelah lebih dari 460 hari pertempuran yang menghancurkan Gaza, dengan kerusakan besar pada infrastruktur dan banyak korban jiwa. Gencatan senjata ini mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025, dan disepakati untuk dilaksanakan dalam tiga fase yang berbeda.


Fase pertama dari gencatan senjata akan berlangsung selama 6 minggu dan akan melibatkan beberapa langkah penting, seperti pertukaran tahanan terbatas, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Selama fase ini, 33 tawanan Israel, yang termasuk wanita, anak-anak, dan warga sipil berusia di atas 50 tahun yang ditangkap pada serangan Hamas di Israel selatan pada Oktober 2023, akan dibebaskan. 


Sebagai imbalannya, Israel juga akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina, termasuk mereka yang menjalani hukuman seumur hidup. Selain itu, sekitar 1000 orang tahanan Palestina yang ditangkap setelah 7 Oktober juga akan dibebaskan.


Fase kedua dan ketiga dari gencatan senjata ini akan dirundingkan setelah fase pertama terlaksana. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa meskipun negosiasi fase kedua dan ketiga bisa melampaui jangka waktu enam minggu dari fase pertama, gencatan senjata akan terus berlanjut. Pada fase kedua, jika persyaratan sudah dipenuhi, Hamas akan melepaskan semua tawanan yang masih hidup, sebagian besar tentara Israel. Sebagai imbalannya, lebih banyak tahanan Palestina akan dibebaskan, dan Israel akan melakukan penarikan penuh pasukannya dari Gaza.


Fase ketiga masih belum sepenuhnya jelas, namun diperkirakan akan mencakup penyerahan jenazah tawanan yang masih ada serta rencana rekonstruksi Gaza yang diawasi secara internasional selama 3 hingga 5 tahun. Salah satu isu utama yang belum disepakati adalah siapa yang akan bertanggung jawab atas administrasi Gaza pasca-gencatan senjata.


Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza tetap memprihatinkan, dengan banyaknya korban yang terluka dan terlantar, serta kebutuhan mendesak akan bantuan medis dan pangan. Pemulihan Gaza dan pembangunan kembali wilayah yang hancur akibat konflik ini menjadi tantangan besar, dengan banyak pihak yang berharap bahwa gencatan senjata ini bisa membuka jalan bagi perdamaian yang lebih langgeng dan stabil di wilayah tersebut.


Pemerintah internasional terus mendesak kedua pihak untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata dan bekerja menuju solusi yang lebih komprehensif, yang tidak hanya mengakhiri kekerasan tetapi juga mengatasi akar penyebab konflik ini. Namun, tantangan terbesar tetap pada implementasi dan keberlanjutan kesepakatan ini, mengingat sejarah panjang ketegangan dan kekerasan yang telah berlangsung antara Israel dan Hamas. (Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini