KALBARNEWS.CO.ID (KUALA LUMPUR) -- Dari sekitar 250 bank digital
yang beroperasi di seluruh dunia, 20% di antaranya berada di Asia Pasifik[1].
Jumlah ini tergolong mengagumkan, dan bank digital diperkirakan tampil sebagai
penentu arah masa depan industri teknologi finansial (tekfin). (15 Agustus
2023)Unsur-Unsur Dari Model Bank Digital Yang Profitabel
Malaysia juga
merupakan salah satu negara yang terlibat dalam fenomena global tersebut. Bank
sentral Malaysia, Bank Negara Malaysia (BNM), baru-baru ini mengumumkan
lima izin bank digital pertama yang diperoleh beberapa pelaku industri
teknologi dan keuangan terkemuka, seperti Boost-RHB Consortium yang dipimpin
unit usaha tekfin milik Axiata yang menyediakan layanan lengkap di tingkat
regional, Boost.
Salah satu fokus
utama dari pasar Malaysia adalah pelaku industri dengan model
perbankan digital yang profitabel. Hal ini tecermin dari kriteria asesmen BNM.
Kriteria BNM mengutamakan karakter dan integritas pihak yang mengajukan izin
usaha, ciri khas dan kelayakan sumber daya finansial, rencana bisnis dan
teknologi yang layak dan memadai, serta kemampuan mengatasi kesenjangan
keuangan.
Mari kita mengupas
mengapa Boost-RHB Consortium tampil sebagai pemimpin bank digital
di Malaysia.
1. Rekam jejak yang teruji dan keterlibatan audiens. Dalam beberapa tahun terakhir,
Boost telah membangun basis sebagai bank digital, seperti bisnis pembiayaan
mikro yang didukung kecerdasan buatan (AI) yang telah beroperasi dalam skala
luas secara berkesinambungan. Pada awal 2023, bisnis pembiayaan mikro Boost
berhasil menyalurkan pembiayaan senilai lebih dari RM 3 miliar
di Malaysia dan Indonesia sejak pertama kali terbentuk.
2. Ekosistem dan infrastruktur yang telah berkembang baik. Bank digital yang sukses akan
mengandalkan ekosistemnya, dan bank digital yang melaksanakan model ini dengan
baik akan menghemat biaya akuisisi nasabah. Maka, Boost kini didukung dengan
ekosistem tekfin holistis yang mencakup bisnis pembiayaan mikro yang didukung
kecerdasan buatan (AI). Boost juga memiliki aplikasi tekfin terpadu dengan
lebih dari 100 juta pengguna, platform solusi gerai dengan lebih dari 600.000
titik interaksi di gerai, serta platform pembayaran lintaswilayah dengan lebih
dari 100 mitra digital berskala global di Asia Tenggara.
3. Produk dengan tenor yang lebih pendek dan
bersifat unit-economics-positive. Meski riset terkini mengungkap adanya volatilitas
akibat lonjakan tingkat suku bunga[3], namun tren tersebut
kemungkinan tidak berdampak secara material pada bank digital pada tahap
perkembangan awal. Bank digital yang segera hadir, seperti Boost, telah
berspesialisasi menawarkan produk yang lebih ringkas dengan tenor yang lebih
pendek. Maka, bank digital tidak memiliki kerentanan akibat aset-liabilitas
bernilai masif terhadap neraca keuangannya.
Tren mendatang. Seluruh perhatian kini mengarah pada sektor tekfin, sebab
riset menunjukkan, pesatnya penggunaan layanan keuangan digital berpotensi
meningkatkan PDB di perekonomian berkembang sebesar 6%, atau
senilai $3,7 triliun pada 2025. (Tim Liputan)
Editor : Aan