Manufaktur Energi Terbarukan Di Asia Tenggara Bisa Menghasilkan $90 Miliar Hingga $100 Miliar
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Kawasan Asia Tenggara bisa kehilangan hingga 30%
produk domestik bruto pada 2050 karena peningkatan suhu global dan peristiwa
cuaca ekstrem. Jumat (25 Agustus 2023).
Namun, memperkuat kapasitas
manufaktur energi terbarukan di kawasan ini akan memosisikan negara-negara Asia Tenggara untuk
menciptakan lapangan kerja baru dan memenuhi permintaan energi yang meningkat
sambil secara drastis mengurangi emisi, menurut penelitian baru yang dirilis
hari ini di sela-sela pertemuan ASEAN Finance Ministers dan Central Bank
Governors oleh Asian Development Bank (ADB), Bloomberg Philanthropies,
ClimateWorks Foundation, dan Sustainable Energy for All (SEforALL).
Pertumbuhan sel fotovoltaik (PV) surya, baterai, dan
industri listrik roda dua di Asia Tenggara menghadirkan peluang
pendapatan sekitar $90 miliar hingga $100 miliar pada 2030,
dengan potensi 6 juta pekerjaan energi terbarukan yang akan diciptakan pada
2050.
Laporan baru, Renewable Energy Manufacturing:
Opportunities for Southeast Asia (Manufaktur
Energi Terbarukan: Peluang untuk Asia Tengara), mengeksplorasi cara mendukung
pengembangan sektor manufaktur energi bersih di Asia Tenggara dan
membantu negara-negara tersebut menuai potensi ekonominya yang sangat besar
sambil memitigasi dampak perubahan iklim.
Pemanfaatan peluang ini tergantung pada langkah-langkah
kebijakan khusus pemerintah di masing-masing negara di kawasan tersebut, termasuk
mendorong permintaan energi terbarukan dalam negeri, memastikan daya saing
biaya, meningkatkan kemudahan berbisnis, dan meningkatkan akses ke pasar
ekspor.
Kolaborasi di tingkat regional juga penting untuk memberikan
dukungan lebih lanjut melalui pendalaman perdagangan intraregional.
Laporan ini mengidentifikasi potensi ambisi dan hasil
bagi Asia Tenggara untuk mencapai hal-hal berikut:
Meningkatkan kapasitas manufaktur PV surya dalam modul
dari 70 GW menjadi 125–150 GW pada 2030.
Mengembangkan rantai nilai manufaktur baterai regional,
meningkatkan permintaan nasional dan regional, dan menetapkan Asia
Tenggara sebagai pusat ekspor regional dan global, menghasilkan
140-180 gigawatt-jam (GWh) sel baterai pada 2030.
Memperluas kapasitas perakitan kendaraan listrik roda dua (E2W)
di Asia Tenggara dari 1,4 menjadi 1,6 juta unit per tahun menjadi
sekitar 4 juta unit pada 2030.
Laporan ini juga menyoroti bagaimana Asia
Tenggara dapat membangun sejarah kolaborasi regional yang kuat untuk
meningkatkan daya saing industri energi terbarukan dan memenuhi target Net
Zero.
Misalnya, faktor produksi dapat memperoleh manfaat dari
perdagangan lintas rantai nilai dan upaya regional untuk meningkatkan kualitas
dan distribusi tenaga kerja.
Pasar permintaan dapat didukung oleh pembangunan ASEAN Power
Grid untuk memungkinkan penyebaran energi terbarukan yang lebih tinggi melalui
perdagangan listrik multilateral dan area penyeimbangan jaringan yang
diperluas.
Harmonisasi standar teknis untuk kendaraan E2W dan stasiun
pengisian daya dapat memungkinkan produsen peralatan orisinal (OEMs) untuk
mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan di seluruh pasar Asia
Tenggara.
Pengumuman hari ini didasarkan pada kolaborasi awal tahun
ini antara African Climate Foundation, Bloomberg Philanthropies, ClimateWorks
Foundation, dan Sustainable Energy for All untuk menerbitka n Africa Renewable Energy
Manufacturing: Peluang dan Kemaj uan, serta melun curkan Africa Renewable Energy
Manufacturing Init iative untuk mendorong investasi dan
memobilisasi tindakan dengan negara-negara mitra untuk meningkatkan kemampuan
manufaktur energi terbarukan di negara-negara Afrika.
Kutipan Pendukung
"Seperti yang sering kami katakan di ADB, kemenangan
atau kekalahan dalam pertempuran melawan perubahan iklim akan ditentukan di
Asia dan Pasifik. Lini depan yang menentukan dalam pertempuran itu
adalah Asia Tenggara. Penelitian ini menunjukkan adanya harapan dari
manufaktur energi terbarukan – dengan dukungan kebijakan, teknis, dan
pembiayaan – dalam membantu negara-negara berkembang di kawasan ini untuk
beralih dari energi berbasis batu bara, sambil menurunkan emisi karbon ,
memperluas kemampuan industri lokal, memacu penciptaan lapangan kerja, dan
mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang," Papar Ramesh Subramaniam, Direktur Jenderal dan
Kepala, Sectors Group, Asia dan Pasifik, Bank Pembangunan As ia
(Asian Development Bank).
Antha Williams, Program
Lingkungan, Bloomberg Philanthropies menambahkan, asia
Tenggara memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam manufaktur energi
terbarukan untuk berkontribusi pada penyebaran energi terbarukan global,
sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Laporan ini membuktikan bagaimana peningkatan investasi sektor swasta ke sektor
manufaktur energi terbarukan lokal, memperkuat kolaborasi rantai nilai
regional, dan menyatukan pemangku kepentingan utama akan menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan PDB, serta membantu negara-negara Asia Tenggara mencapai
tujuan iklim mereka.
"Industri energi ramah lingkungan sudah menjadi peluang
pertumbuhan yang sangat besar, dan perlu ditingkatkan dengan lebih cepat lagi
supaya kita dapat mencapai netralitas karbon secara global pada tahun
2050. Asia Tenggara, yang merupakan rumah bagi seperempat populasi dunia,
memiliki posisi yang baik untuk menjadi pemimpin global dalam manufaktur energi
terbarukan dengan lingkungan bisnisnya yang dinamis dan sumber daya manusia
yang besar," Jelas Helen Mountford, Presiden dan CEO,
ClimateWorks Foundation.
Ia menambahkan, dengan demikian, kawasan ini dapat
meningkatkan pasokan solusi energi terbarukan yang terjangkau dan andal bagi
masyarakat serta komunitas di Asia Tenggara dan di seluruh dunia,
serta menciptakan peluang kerja baru secara local.
"Dengan mengembangkan kemampuan manufaktur energi
terbarukan mereka, negara-negara Asia Tenggara dapat meningkatkan
PDB, menciptakan lapangan kerja, dan mendekarbonisasi sistem energi,
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta kemajuan iklim. Laporan ini
menyoroti bagaimana negara-negara di kawasan ini dapat membangun industri lokal
yang kuat, yang akan berkontribusi terhadap masa depan yang sejahtera dan
berkelanjutan." –Damilola
Ogunbiyi, CEO dan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Sustainable
Energy for All, dan Wakil Ketua UN-Energy.
Tentang Asian Development Bank
ADB berkomitmen untuk mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh,
dan berkelanjutan, sambil mempertahankan upayanya untuk memberantas kemiskinan
ekstrem. Didirikan pada tahun 1966 dan dimiliki oleh 68 anggota — 49 anggota
berasal dari wilayah tersebut.
Tentang Bloomberg Philanthropies
Bloomberg Philanthropies berinvestasi di 700 kota dan 150 negara di seluruh
dunia untuk memastikan kehidupan yang lebih baik dan lebih lama bagi sebanyak
mungkin orang.
Organisasi ini berfokus pada lima bidang utama untuk
menciptakan perubahan yang bertahan lama: Seni, Pendidikan, Lingkungan, Inovasi
Pemerintah, dan Kesehatan Masyarakat. Bloomberg Philanthropies mencakup semua
pemberian dari Michael R. Bloomberg, termasuk yayasan, perusahaan, dan
filantropi pribadinya serta Bloomberg Associates, konsultan pro bono yang
bekerja di kota-kota di seluruh dunia.
Pada tahun 2022, Bloomberg Philanthropies mendistribusikan
dana sebanyak $1,7 miliar. Untuk informasi lebih lanjut, silakan
kunjungi bloomberg.org, daftar ke buletin kam i, atau
ikuti kamidi Faceb ook, Instag ra m, YouT ube, Twit ter, dan Linke dIn.
Tentang ClimateWorks Foundation
ClimateWorks Foundation adalah
platform global untuk filantropi untuk berinovasi dan menskalakan solusi iklim
berdampak tinggi yang bermanfaat bagi para umat manusia dan planet ini. Kami
memberikan program dan layanan global yang membekali filantropi dengan
pengetahuan, jaringan, dan solusi untuk mendorong kemajuan iklim demi masa
depan yang lebih berkelanjutan dan adil. Sejak 2008, ClimateWorks telah
memberikan lebih dari $1,7 miliar kepada lebih dari 750 penerima hibah
di lebih dari 50 negara.
Tentang Sustainable Energy for All
(SEforALL)
Sustainable Energy for All (SEforALL) adalah organisasi internasional
independen yang bermitra dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para
pemimpin di pemerintahan, sektor swasta, lembaga keuangan, masyarakat sipil,
dan filantropi untuk bertindak lebih cepat menuju pencapaian dari Sustainable
Development Goal 7 (SDG7) – akses ke energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua pada tahun 2030 – sejalan dengan
Perjanjian Paris mengenai Perubahan Iklim. Kami bekerja untuk memastikan
transisi energi bersih yang tidak meninggalkan siapa pun dan menghadirkan
peluang baru bagi semua orang untuk memenuhi potensi mereka. (Tim Liputan).
Editor : Lan