Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Prof.Dr. Singgih Tri Sulistiyono |
Hal ini
dijelaskan saat tampil sebagai pembicara bersama para Tokoh Agama Khonghucu,
Hindu, Budha, dan Kristiani dalam sesi Dialog Kebangsaan sebagai rangkaian
acara Konferensi Sinodal (Konferdal) Persatuan Gereja Protestan Indonesia Barat
(GPIB) di Singkawang pada hari Selasa (22 Agustus 2023).
Maksudnya,
apabila sila pertama dijadikan bangkai bagi kalangan Islam dalam penerapannya
bisa muncul gesekan dengan umat agama lain atau bahkan lahir kekhalifahan.
"Disinilah sila pertama mesti dijadikan
pondasi dalam cara kita berkemanusiaan, menjaga persatuan, mengambil keputusan
dengan musyawarah mufakat serta mencapai tujuan masyarakat yang adil dan
makmur," jelasnya.
Adapun yang diyakini menjadi bingkai adalah sila ketiga Persatuan Indonesia.
"Sila
ketiga ini ibarat pagar rumah sehingga tatkala berinteraksi selalu dibarengi
nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, gotong royong yang juga diajarkan agama
secara univesal," tambah dia.
Inilah
pendapat LDII dalam rangka menanamkan kebhinekaan, toleransi bagi warga muslim.
"Harapannya
melihat kebhinekaan bukan sesuatu yang haram, tetapi sesuatu keniscayaan dan
sudah menjadi sunatullah yang mesti diterima dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan bersama," katanya.
Kemudian
tambah Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Semarang ini dalam
menjalankan ajaran Islam dibedakan antara ranah pribadi dan publik.
"Disinilah
umat mesti didorong agar bijak dalam memisahkan antara ruang publik dan ruang
personal. Ketika membahas seputar akidah dan hukum syariah dalam Islam, maka
itu merupakan hubungan personal sesama jamaah di masjid," jelas Prof
Singgih.
Sedangkan
ketika berada di ruang publik tidak boleh menonjolkan dalil atau ceramah yang
sifatnya verbalistik, karena bisa memicu perang dalil. "Saat berada di
ruang publik yang ditonjolkan akhlakul karimah.
"Karena
Allah sendiri memerintahkan agar berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan
kebenaran. Sehingga semestinya kita berlomba untuk menjadi manusia yang kasih
sayang, dermawan, silaturahim. Jika itu terjadi maka hubungan antar umat beragama
tetap terjaga dan kerukunan, kedamaian juga mampu kita wujudkan,"
tegasnya.
Konferdal
GPIB di Singkawang diikuti sekitar 300-an peserta dari utusan masing-masing
Gereja Protestan wilayah Barat. (san/tim liputan).
Editor
: Heri