BKKBN Kalbar Tekankan Konvergensi Program Percepatan Penurunan Stunting Melawi

Editor: Redaksi author photo

 BKKBN Kalbar Tekankan Konvergensi Program Percepatan Penurunan Stunting Melawi
KALBARNEWS.CO.ID (MELAWI) - Kabupaten Melawi menempati posisi angka tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dengan prevalensi 44,1 persen. Angka stunting Kabupaten Melawi justru mengalami peningkatan dari 37,2 persen pada 2021 kemudian menjadi 44,1 persen pada 2022. Lonjakan itu menjadi perhatian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Kepala BKKBN Provinsi Kalbar Pintauli Romangasi Siregar menyebut upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Melawi sebenarnya sudah berjalan baik. Namun yang perlu diperhatikan konvergensi berbagai program penanganan stunting dimasing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Program itu harus disinergikan untuk mencapai satu tujuan yakni penurunan stunting.

“Berbagai program penurunan masing-masing instansi di Melawi harus konvergensikan, pada dasarnya program penanganan stunting itu telah pada masing-masing OPD, hanya tinggal disinergikan untuk mencapai tujuan utama penurunan stunting,” jelas Pintauli usai menyampaikan materi saat workshop percepatan penurunan stunting pada di Melawi pada Selasa (23 Mei 2023)


Ditambahkan Pintauli, sisi lain yang perlu mendapatkan perhatian yakni kehidupan masyarakat. Terutama terkait pola asuhan yang baik  kepada anak dengan pengetahuan yang cukup dari orang tua. Lalu pemberian makanan bergizi terutama dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Ketika dilahirkan timbangan anak dibawah 2.500 gram dan tinggi badan dibawah 47 sentimeter maka perlu kewaspadaan. Maka pengetahuan yang cukup sangat diperlukan oleh para orang tua untuk menangani hal tersebut. Sehingga dibutuhkan tindaklanjuti dan yang serius perhatian dalam upaya percepatan penurunan stunting.

“Keberadaan Tim Pendamping Keluarga (TPK) pada masing-masing kecamatan dibantu bidan desa maka kita yakin akan bisa mengubah pola pikir dan kehidupan setiap pasangan usia subuh untuk mengasuh balita,” jelasnya.

Pintauli mengungkapan saat mengunjungi keluarga yang masuk dalam kategori stunting di Kabupaten Melawi didapatkan beberapa kesimpulan. Pertama 

ibu yang tidak terlalu bereaksi saat ditanya perihal pola dalam mengasuh anak. Lalu didapatkan kebiasaan didaerah tersebut ketika anak sudah sekali dibawa ke posyandu sekali maka lupa untuk dibawa kembali berikutnya. 

“Di posyandu itu jangan hanya sekadar ditimbang lalu pulang akan tetapi para penyuluh KB juga harus memberikan pengetahuan dan edukasi kepada orang tua terkait pola asuh anak,” ungkapnya.

Dikatakan Pintauli, pendampingan dari TPK sangat penting agar ibu-ibu memiliki pemahaman yang cukup terutama perihal mengasuh anak. Hal ini menjadi penting lantaran selama dibawah asuhan ibu maka pemberian makanan tambahan bergizi harus dikonsumsi anak. Dengan diberikan pengetahuan yang cukup maka para ibu akan semakin memahami.

“Ibunya harus lebih pintar dengan diberikan pengertian, kita harus lebih banyak memberikan pemahaman kepada keluarga,” tutupnya. (BP)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini