Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Yang Bersejarah Tercapai di COP15

Editor: Redaksi author photo

Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Yang Bersejarah Tercapai di COP15 
KALBARNEWS.CO.ID (BEIJING) -- Sebuah kesepakatan bersejarah dalam bidang keanekaragaman hayati tercapai Senin lalu di 15th meeting of the Conference of the Parties to the UN Convention on Biological Diversity (COP15) di Montreal, Kanada. Rabu (21 Desember 2022).

"Kesepakatan ini telah disahkan," ujar President, COP15, serta Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup Tiongkok Huang Runqiu, di sesi pleno yang berlangsung di Montreal, lalu disambut dengan tepuk tangan meriah dari delegasi yang berpartisipasi.

Kesepakatan tentang keanekaragaman hayati yang berjudul "Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework" ingin mengatasi kerusakan keanekaragaman hayati dan meletakkan jalur pemulihan bagi dunia. Kesepakatan ini melibatkan target jangka panjang terkait keanekaragaman hayati hingga 2050, serta 23 "target aksi" spesifik yang akan dituntaskan pada 2030m terdiri atas tiga bidang, yakni konservasi keanekaragaman hayati, penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta berbagi manfaat sarana genetis secara adil dan setara.

Isu utama telah disepakati seluruh pihak. Unsur terpenting dari kesepakatan ini terletak pada komitmen untuk melindungi 30% area darat dan laut di Bumi sebagai cagar alam pada 2030. Hingga saat ini, hanya 17% daratan dan 10% wilayah laut telah dilindungi.

Kesepakatan ini juga mendorong penggalangan dana senilai $200 miliar pada 2030 untuk keanekaragaman hayati dari berbagai sumber, serta berupaya mengakhiri atau mereformasi subsidi yang dapat menyediakan dana tambahan senilai $500 miliar bagi alam. Di sisi lain, kesepakatan ini mendorong peningkatan anggaran minimum senilai $20 miliar per tahun, dan, pada 2025, dana ini akan disalurkan bagi negara berkembang, pada 2030, angkanya kelak mencapai $30 miliar.

Kerangka kesepakatan ini turut mengacu pada konservasi sinergis antara konservasi keanekaragaman hayati serta mitigas dan adaptasi perubahan iklim.

Di sesi pleno, delegasi menyampaikan pentingnya upaya mengatasi perbedaan dan bekerja sama, serta mendukung kerangka kesepakatan tersebut.

Sebagai negara yang mengemban presidensi COP15, Tiongkok menggelar pertemuan tahap pertama di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya, pada 2021, serta tahap kedua pada tahun ini di Montreal, Kanada, melanjutkan tema "Ecological Civilization: Building a Shared Future for All Life on Earth."

Tiongkok selalu mengutamakan konservasi keanekaragaman hayati dan aktif mempromosikan COP15 yang berlangsung setelah negosiasi "maraton" selama hampir empat tahun, serta beberapa kali ditunda akibat pandemi Covid-19.

"Terlepas dari penanganan pandemi Covid-19, atau peningkatan konservasi keanekaragaman hayati, serta pencapaian pembangunan berkelanjutan di dunia, solidaritas dan kerja sama merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi tantangan global," ujar Presiden Tiongkok Xi Jinping lewat video di pembukaan sesi tingkat tinggi COP15 tahap kedua pada 15 Desember lalu.

Meski negosiasi menjelang konferensi tersebut masih terpecah belah, Tiongkok  berupaya mengatasi kesenjangan yang terjadi, merumuskan arah negosiasi, serta mendorong penyelesaian kerangka kesepakatan agar sesuai dengan jadwal.

Kerangka ini sangat bersejarah, sejalan dengan langkah manusia membangun ekosistem dunia yang sehat dan sejahtera, serta mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan. (Tim Liputan)

Editor : Aan

 

Share:
Komentar

Berita Terkini