Jabat Bunda Literasi, Muda Minta Rosalina Jadi Teladan |
“Untuk menumbuhkan masyarakat literasi, perlu tokoh masyarakat yang punya perhatian dan kepedulian sangat tinggi terhadap pemberdayaan keluarga sebagai pondasi dalam pemberdayaan masyarakat literasi,” tutur Muda seusai pengukuhan.
Ia menerangkan Bunda Literasi memiliki tugas membangun masyarakat literasi yang cerdas informasi dan media. Bunda Literasi, paparnya, mempunyai sejumlah fungsi. Yakni memberi pertimbangan di dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pengembangan literasi, baik di lingkungan keluarga, satuan pendidikan, maupun masyarakat.
“Bunda Literasi juga bekerja sama dengan perangkat daerah yang menangani program kegiatan literasi dan jejaring literasi dalam menyelenggarakan akuntabilitas masyarakat literasi,” lanjutnya.
Bunda Literasi, sambung Muda, juga harus berkoordinasi dengan penyelenggara literasi, organisasi profesi dan nonprofesi, serta pihak yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat literasi. Bunda Literasi juga berkewajiban melakukan sosialisasi kegiatan literasi di daerah.
“Bunda Literasi ini memberikan dorongan untuk tumbuh kembangnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan literasi yang bermutu,” sebutnya.
Muda mengingatkan, Bunda Literasi juga harus siap menerima masukan terkait kebutuhan aktivitas literasi yang diajukan masyarakat.
“Sebaliknya Bunda Literasi ini juga memberikan masukan dan pertimbangan dalam program kegiatan masyarakat literasi,” ucapnya.
Terakhir, kata Muda, Bunda Literasi harus memberikan dorongan kepada orang tua, satuan pendidikan, dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat literasi.
Bunda Literasi Kabupaten Kubu Raya Rosalina Muda mengatakan dirinya akan segera mempelajari tugas pokok dan fungsi barunya sebagai Bunda Literasi Kabupaten Kubu Raya. Rosalina menilai sebagai daerah termuda di Kalimantan Barat, Kubu Raya mempunyai dinamika tersendiri dengan jumlah penduduk besar dan kondisi geografis daerah yang tidak mudah.
“Jadi cara-cara penyampaian program dari pemerintah memang tidak cukup sekadar pasang baliho, foto, dan sejenisnya. Kami harus melakukan kegiatan dengan turun langsung ke masyarakat. Tidak cuma acara seremoni melainkan memang pergi ke tempat-tempat di mana masyarakat berada,” katanya.
Rosalina menuturkan selama ini kegiatan literasi secara teknis telah dilakukannya. Di antaranya kegiatan literasi budaya. Di mana ia sebagai Ketua Tim Penggerak PKK selalu aktif memberdayakan potensi masyarakat dan alam yang ada di Kubu Raya.
“Kami punya program pemberdayaan masyarakat. Misalnya bagaimana masyarakat dibekali dengan keterampilan mengolah hasil-hasil alam yang ada untuk menjadi berbagai produk kerajinan dan makanan. Itu tidak saja menambah penghasilan masyarakat, bahkan bisa menjadi mata pencaharian,” jelasnya.
Ia melanjutkan, literasi budaya juga dilakukan dalam bentuk produk kesenian berupa tari-tarian multietnis. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari upaya edukasi kepada generasi muda untuk menghormati keberagaman yang ada di Kubu Raya.
“Pada literasi budaya kita ciptakan tarian-tarian yang menggambarkan budaya di Kubu Raya yang heterogen namun harmonis. Ini kita sampaikan kepada anak-anak dari PAUD sampai SMA, bahkan kepada kaum ibu-ibu. Jadi ada agenda-agenda di masyarakat mereka tampilkan tarian dengan maksud bahwa walaupun berbeda suku tapi bisa rukun,” terangnya. (Tim Liputan).
Editor : Aan