![]() |
Nur Hamzah, M.Pd Salah satu Dosen IAIN Pontianak |
KALBARNEWS.CO .ID (SURAKARTA) – Salah satu Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang juga merupakan aktivis NU Kalbar, Nur Hamzah, M.Pd menjadi salah satu panelis dalam kegiatan Annual International Conference On Islamic Studies ke-20 yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting, Selasa (26/10/2021).
Nur Hamzah
dalam paparannya mengangkat tema “Pendidikan Sosial Sejak Dini Pada Daerah
Rentan Konflik; Praktek Pengembangan Keterampilan Sosial AUD dalam Keluarga Etnik
Melayu Pontianak dan Sambas”.
Riset ini
sendiri menuurutnya didasarkan pada sebuah asumsi bahwa konflik sosial itu erat
hubungannya dengan sikap anti sosial yang ternyata sudah ada sejak 2,5 tahun
dalam kehidupan manusia.
Itulah
kemudian nanti yang akan termanifestasi dalam kehidupan manusia pada fase-fase
selanjutnya yakni fase remaja dan dewasa. Oleh karenanya, konflik sesungguhnya
yang paling jauh bermuara pada praktik pengasuhan anak yang keliru atau Maal
Parenting,
Alasan
kedua, tindakan manusia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari itu
terbentuk atau berhubungan dengan otak. Dalam kajian Neuro Parenting, otak
manusia sangat berkembang sejak mulai dari usia kandungan hingga usia 11 tahun.
Pada fase inilah sangat rentan dan memerlukan praktik pengasuhan positif.
Oleh
karenanya dalam pencegahan konflik harus dimulai dari hulu karena salah satu
penyebab konflik ialah Maal Parenting atau praktik salah asuh.
Menurutnya,
salah satu praktik salah asuh anak yang seringkali terjadi adalah Parenting
seringkali dilakukan berorientasi pada orangtua seperti yang terjadi pada
praktik dimana anak disekolahkan pada sekolah-sekolah bertaraf internasional.
Hal ini bukan dilakukan didasarkan pada kebutuhan si Anak tetapi pada hasrat
peneguhan identitas orangtua.
Kedua,
Parenting seringkali menjadi komuditas yang diperjualbelikan. Ia mencontohkan
praktik pemberian nama pada seorang anak oleh orangtua karena orangtua memiliki
ketertarikan pada hal tersebut.
Oleh
karenanya,dalam konteks konflik komunal dan konflik sosial kita perlu melakukan
revitalisasi praktik-praktik parenting tradisional seperti yang dilakukan pada
masyarakat etnis Melayu dan beberapa etnis lain dalam praktik parenting di
masyarakat Modern saat ini.
Inilah
kemduain yang dunia riset dikenal dengan wacana etno parenting. (fauzy/tim
liputan).
Editor : Aan