Kabinda Kalbar menjadi Narasumber Seminar Bela Negara |
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak menggelar seminar online pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru, Sabtu (14/8/2021) pagi di Pontianak.
Kegiatan
yang diikuti 930 mahasiswa itu menghadirkan pembicara Kepala Badan Intelijen
Nasional Daerah (Kabinda) Kalbar, Brigjen Pol Rudi Tranggono.
Dalam
webinar yang bertajuk ‘membumikan kesadaran bela negara’ ini, Rudi Tranggono
menganalogikan generasi muda dimasa kini seperti handphone android yang mudah
disusupi virus.
“Di dunia
maya tidak semuanya benar. Kita akan menghadapi informasi palsu dan provokasi.
Maka tantangannya adalah filterisasi dan check and richeck agar tidak terdampak
negatif dari perkembangan teknologi,” pesan Rudi.
Rudi
menjelaskan, proxy war merupakan perang yang menggunakan teknologi, media
massa, cyber war yang menciptakan suatu ketidak stabilan sebuah negara tanpa
disadari infiltrasinya.
“Tantangan
generasi milenial bangsa ini yakni gempuran dan pola pintar melalui F-7,
demokrasi yang mengarah pada perpecahan, peredaran narkoba, penyebaran paham
radikalisme dan terorisme, dan serbuan hoax di media sosial,” papar Rudi.
Secara
regional, Rudi mengatakan, tantangan yang dihadapi seputar permasalahan konflik
laut cina selatan, permasalahan sawit, terorisme dan narkoba. Sedangkan
tantangan nasional berkutat persoalan pandemi covid-19, pemulihan ekonomi,
sosial cultural, tantangan politik 2024, masalah HAM, dan munculnya dikotomi
kedaerahan yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa.
“Termasuk
pula ancaman ideologi pancasila berupa
pemaksaan agama tertentu terhadap pancasila dan rendahnya nasionalisme generasi
milenial. Maka, peran mahasiswa dalam menjaga ketahanan nasional di Kalbar
dengan memahami situasi global regional, ikut menjaga stabilitas nasional,
membangun kesamaan persepsi untuk tegaknya NKRI,” sebutnya.
Rudi
mengingatkan, cita-cita tujuan nasional berdasarkan pembukaan UUD 1945 yakni
mewujudkan negara Indonesia yang merderka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dan misinya adalah melindungi segenap bangsa indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan perdamamaian.
“Implementasi
giat bangun kesadaran bela negara dikalangan mahasiswa guna meningkatkan
pemahaman ideologi pancasila, membangun jiwa patriotisme, menyiapkan sumber
daya indonesia yang handal dan beretika, dan mampu memfilter dampak negatif
perkembangan teknologi informasi,” pendapatnya.
Dalam
kegiatan itu juga dilaksanakan tanya jawab. Beberapa pertanyaan berkaitan
dengan sikap pemerintah terhadap TKA serta kebijakan wajib militer bagi
masyarakat khususnya kalangan mahasiswa.
“Pemerintah
sudah membuat regulasi TKA yang masuk ke Indonesia merupakan tenaga ahli yang
mengawaki alat sensitif, seperti di smelter WHW yang alatnya hanya berbahasa
cina, dan mereka berkewajiban mentransformasika ilmu mereka ke tenaga kerja
lokal,” jawab Rudi.
“Terkait
wajib militer, setiap warga negara wajib bela negara dan bangsa ini. Makanya,
kita harus menimbulkan rasa nasionalisme. Sedangkan kebijakan wajib militer
yang dilaksanakan Menteri Pertahanan merupakan bela negara bersifat parsial
karena kekuatan TNI dan Polri masih surplus,” pungkasnya. (tim liputan).
Editor : Aan