Insinyur Turki Menciptakan Model Termal Baterai Yang Presisi Untuk Satelit

Editor: Redaksi author photo

 

 
KALBARNEWS.CO.ID (TURKI) - Para peneliti dari Universitas Sakarya dan Universitas Duzce bersama para spesialis dari Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki mempelajari secara detail perilaku baterai litium-ion dalam kondisi orbit Bumi rendah.

Untuk menciptakan model ini, para ilmuwan melakukan uji keseimbangan panas-vakum – sebuah eksperimen yang sedekat mungkin dengan kondisi luar angkasa.


Sebuah baterai tiruan berukuran penuh ditempatkan di dalam ruang vakum termal, di mana tekanan yang mendekati vakum angkasa dapat diatur dan suhu berkisar antara -10 hingga +40 °C.


Baterai tiruan ini terbuat dari material dan desain yang sama dengan baterai asli yang akan digunakan selama penerbangan. Pemanas meniru kerja perangkat elektronik, dan 27 sensor termal mencatat suhu semua elemen kunci – mulai dari kartu kontrol hingga sel baterai.

Baca Juga: Magnetron Baru Akan Membawa Pembangkit Listrik Luar Angkasa Lebih Dekat Ke Kenyataan

Data yang terkumpul digunakan sebagai dasar model termal simpul: metode ini menetapkan pembagian struktur kompleks menjadi beberapa zona, yang di dalamnya suhu diyakini terdistribusi secara merata.


Misalnya, kerangka model kontrol dan penutupnya dipanaskan secara praktis bersamaan, sehingga keduanya digabungkan dalam satu zona.


Versi pertama model hanya memperhitungkan konduktivitas termal, yaitu transmisi termal melalui material. Untuk suhu sedang, hal itu sudah cukup, dan perhitungannya sesuai dengan eksperimen.

Baca Juga: Magnetron Baru Akan Membawa Pembangkit Listrik Luar Angkasa Lebih Dekat Ke Kenyataan

Namun, dalam mode "panas", model sederhana ini gagal. Ternyata, pada suhu tinggi, radiasi termal mulai memainkan peran penting – efek fisik yang sama yang menyebabkan tangan kita menjadi panas ketika kita mendekatkannya ke api.


Intensitas radiasi meningkat drastis seiring dengan suhu, dan prakiraan akurat menjadi mustahil tanpa memperhitungkannya. Oleh karena itu, model ini disempurnakan dengan menambahkan perhitungan radiasi dan dampak insulasi termal berlapis-lapis yang melapisi peralatan satelit.


Setelah semua pembaruan ini, model hibrida praktis sepenuhnya sesuai dengan hasil eksperimen di seluruh rentang operasi – dari 0 hingga +40 °C. Sangat penting bahwa model ini secara akurat mencerminkan perilaku suhu elemen yang paling sensitif: sel baterai dan kartu sirkuit elektronik, dan keandalan seluruh sistem bergantung pada kinerjanya yang stabil.

Baca Juga: Bais TNI–BNN Berhasil Amankan Buronan Internasional Dewi Astuti di Kamboja

Akhirnya, para peneliti menerima model matematika yang ringkas namun sangat presisi, terdiri dari tujuh simpul yang mampu menggambarkan kinerja termal baterai, baik dalam kondisi standar maupun ekstrem.


Selisih antara suhu yang diperkirakan dan suhu yang diukur turun hingga beberapa derajat, yang sejalan dengan standar internasional untuk pemodelan termal wahana antariksa. (Tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini