KALBARNEWS.CO.ID (KUBU RAYA) — Penumpukan gulma atau kumpai yang menutupi alur Sungai Ambawang dalam dua bulan terakhir telah memutus jalur transportasi air dan membuat aktivitas ekonomi warga lumpuh. Kondisi ini diperparah oleh dampak gempa yang sebelumnya menyebabkan perubahan alur sungai dan menyulitkan arus air untuk mengalir normal. (19/11/2025).
Camat Sungai Ambawang Jurin
Camat Sungai Ambawang Jurin menjelaskan bahwa hambatan ini telah membuat angkutan barang, jasa, hingga transportasi orang terhenti total. Bahkan beberapa motor air penumpang dilaporkan terpaksa “menginap” di Muara Simpang Kanan karena tidak dapat melintas akibat sungai yang tertutup gulma.
“Kumpai ini mematikan jalur ekonomi. Baik angkutan barang maupun orang tidak bisa bergerak. Dampaknya sangat besar. Aktivitas warga praktis terhenti,” ujar Jurin saat ditemui di lokasi penanganan.
Ia menjelaskan bahwa tahun lalu pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) telah melakukan normalisasi sepanjang 38 kilometer, dari Desa Korek hingga Desa Teluk. Namun di bagian hilir, sekitar 5 kilometer, kembali tertutup gulma berat setelah kejadian gempa yang memicu perubahan arus sungai sehingga memicu pertumbuhan gulma secara cepat dan masif.
Keterbatasan alat dan tenaga sempat membuat penanganan tersendat. Namun berkat koordinasi cepat antara pihak kecamatan, desa, dan pemerintah kabupaten, alat dari Balai Wilayah Sungai Kalimantan I akhirnya tiba di lokasi pada Kamis lalu dan langsung disiapkan untuk mengeksekusi pembersihan di lapangan.
“Kita apresiasi Pak Bupati karena bergerak cepat. Komunikasi berjalan baik, dan hari ini alat dari BWS sudah sampai untuk membuka alur sungai.”ungkapnya.
Selain warga yang bergantung pada motor air, sejumlah desa turut terdampak, termasuk Desa Simpang Kanan dan Desa Durian, yang alurnya menjadi imbas paling parah akibat penumpukan kumpai tersebut.
Camat Jurin menambahkan bahwa Sungai Ambawang memiliki panjang 61 kilometer, belum termasuk anak-anak sungai lainnya seperti jalur Simpang Kanan yang memiliki panjang tambahan sekitar 12 km + 7 km. Keseluruhan jaringan sungai ini akan menjadi skala prioritas untuk normalisasi.
Kabar baiknya, usulan perbaikan jalur sungai secara menyeluruh sudah diajukan secara berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Jurin memastikan bahwa program besar penanganan sungai ini telah masuk dalam rencana anggaran BWS untuk tahun 2026.
Dengan dimulainya pembersihan menggunakan alat berat, diharapkan alur transportasi air dapat kembali normal dalam waktu dekat sehingga aktivitas ekonomi masyarakat Sungai Ambawang dapat pulih.
“Kami pastikan penanganan dilakukan secepat mungkin. Warga sangat bergantung pada sungai, dan sungai ini adalah nadi perekonomian wilayah Ambawang.” ujar Jurin.(Tim Liputan)
Editor : Aan