UPB Pontianak Hadirkan Pakar CSIS Kupas Rivalitas Geopolitik dan Dampaknya bagi Indonesia

Editor: Redaksi author photo
Rektor UPB, Dr. Purwanto, S.H., M.Hum., FCBArb., FIIArb

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) – Universitas Panca Bhakti (UPB) Pontianak bekerja sama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia menyelenggarakan Diskusi Publik bertajuk “Tantangan Rivalitas Geopolitik dan Implikasinya bagi Indonesia”, Selasa (9/9/2025) di Gedung Rektorat UPB.

 

Kegiatan ini menghadirkan tiga peneliti CSIS, yaitu Dandy Rafitrandi, Lina A. Alexander, dan Andrew W. Mantong. Hadir pula Ketua Bawaslu Kalbar, Mursyid Hidayat, S.Sos., M.H., sebagai pembicara, dengan moderator Dr. Donna Youlla, SF., MEM.

                            

Rektor UPB, Dr. Purwanto, S.H., M.Hum., FCBArb., FIIArb., menegaskan pentingnya forum akademik sebagai ruang bagi mahasiswa untuk memahami dinamika global.

 

“Perubahan geopolitik dunia berdampak langsung pada Indonesia. Karena itu, mahasiswa perlu mendapat pemahaman yang mendalam agar mampu berkontribusi dalam menjaga kepentingan bangsa,” ujarnya.

 

Ketua Pembina Yayasan Panca Bhakti Pontianak, Jusuf Wanandi, turut memberikan apresiasi. Ia menekankan pentingnya pemahaman geopolitik sebagai bekal mahasiswa menghadapi tantangan global.

 

“Geopolitik bukan sekadar isu antarnegara, tetapi menyangkut masa depan Indonesia. Generasi muda harus membekali diri dengan wawasan internasional agar dapat menjaga kepentingan nasional di tengah rivalitas global,” tegasnya.

 

Senada, Ketua Pengurus Yayasan Panca Bhakti, Prof. Garuda, menyebut kegiatan ini mencerminkan komitmen UPB dalam menghadirkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

 

“Universitas tidak boleh hanya menjadi tempat transfer ilmu, tetapi juga ruang pembentukan kesadaran kebangsaan,” ujarnya.

 

Mantan Menteri Luar Negeri RI, Dr. Hassan Wirajuda, S.H., yang turut memberikan pandangan, menekankan bahwa posisi Indonesia dalam percaturan geopolitik dunia harus berlandaskan prinsip bebas-aktif.

 

“Indonesia memiliki modal besar sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan anggota G20. Tantangan geopolitik global justru harus menjadi peluang bagi kita untuk memainkan peran sebagai penengah, pembangun jembatan, dan penggerak kerja sama internasional,” ungkapnya.

 

Diskusi yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini dihadiri sivitas akademika UPB, mahasiswa lintas fakultas, serta undangan eksternal. Antusiasme peserta terlihat dalam sesi tanya jawab yang menyoroti isu-isu strategis, mulai dari rivalitas Amerika Serikat–Tiongkok, dinamika Asia Tenggara, hingga strategi Indonesia menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional. (tim liputan).

 

EEditor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini