Makna Salam Budaya Dayak: Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata

Editor: Redaksi author photo
 Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Salam budaya Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata merupakan salah satu warisan luhur Suku Dayak. Salam ini bukan sekadar kata pembuka, melainkan sebuah filosofi hidup yang mencerminkan pandangan dunia, sistem nilai, serta identitas kolektif masyarakat Dayak.

 

Tiga pilar utama yang terkandung dalam salam tersebut memiliki makna yang dalam:

 

  1. Adil Ka’ Talino – berarti adil kepada sesama manusia. Nilai ini mengajarkan pentingnya menegakkan keadilan, kesetaraan, serta rasa hormat dalam menjalin hubungan sosial. Tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah, semua manusia dipandang setara di hadapan sesamanya.

 

  1. Bacuramin Ka’ Saruga – berarti bercermin ke surga. Filosofi ini mengingatkan setiap orang agar selalu meneladani nilai-nilai kebaikan dan kesucian. Seperti cermin, surga dijadikan ukuran dalam bersikap, berucap, dan berbuat, sehingga setiap langkah manusia diarahkan menuju jalan yang benar.

 

  1. Basengat Ka’ Jubata – berarti nafas hidup berasal dari Tuhan. Ini adalah pengakuan bahwa segala kehidupan bersumber dari Tuhan (Jubata). Manusia wajib menjaga dan menghormati kehidupan, serta menyadari bahwa segala sesuatu pada akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.

Salam budaya ini lazim diucapkan pada awal acara-acara penting masyarakat Dayak, baik kegiatan adat, budaya, maupun pertemuan sosial. Setelah salam diucapkan, biasanya hadirin akan menjawab dengan serentak: “Arus... Arus... Arus...” yang berarti “setuju... setuju... setuju...”.

 

Balasan tersebut bukan hanya ungkapan persetujuan formal, melainkan sebuah ikrar kolektif. Ia menjadi janji bersama untuk menegakkan keadilan, meneladani nilai surgawi, serta senantiasa mengingat bahwa hidup adalah titipan Tuhan.

 

Dengan demikian, salam Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata tidak hanya berfungsi sebagai salam budaya, tetapi juga menjadi pedoman etis dan moral bagi masyarakat Dayak dalam menjaga harmoni sosial, spiritual, dan kultural mereka. (tim liputan).

 

Editor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini