KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) – Kami gencar mendorong pertumbuhan ekonomi syariah kepada masyarakat dan mitra strategis, salah satunya BWI Pontianak. Program utama Bank Indonesia fokus pada 3 pilar yaitu penguatan ekosistem halal, penguatan keuangan syariah, literasi/edukasi syariah. BI juga mendorong wakaf produktif untuk pemberdayaan umat dan kemajuan Kalbar. Peran Bank Indonesia Mendorong Ekonomi Syariah dan Wakaf Produktif Di Kota Pontianak
Demikian dikatakan Abidin Abdul Haris Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat saat hadir pada kegiatan Literasi Ekonomi Syariah dan Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf yang diselenggarakan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Kota Pontianak, yang bekerjasama dengan BI, Pemkot Pontianak, dan Kemenag Pontianak. Giat bertempat di Masjid Islamiyah, 13/08/2025. Acara ini menyoroti peran penting Bank Indonesia (BI) dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah serta wakaf produktif di Kalbar.
“Kami gencar mendorong pertumbuhan ekonomi syariah kepada masyarakat dan mitra strategis, salah satunya BWI Pontianak. Program utama BI fokus pada 3 pilar yaitu penguatan ekosistem halal, penguatan keuangan syariah, literasi/edukasi syariah. BI juga mendorong wakaf produktif untuk pemberdayaan umat dan kemajuan Kalbar. Perlu saya sampaikan BI akan melaksanakan festival Ekonomi Syariah pada tanggal 29 Agustus hingga 1 September 2025, yang merupakan rangkaian menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025. FESYAR KTI 2025 bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di wilayah Indonesia Timur, dengan fokus pada pemberdayaan UMKM halal, modest fashion, dan keuangan sosial .” ujar beliau dalam sambutan.
Sementara itu salah satu narasumber Trisna Handayani dari Bank Indonesia, dalam paparannya, menjelaskan bahwa ekonomi keuangan syariah memiliki peran vital dalam pemulihan ekonomi nasional dan memperkuat ketahanan keuangan.
"Tujuan kami adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal terkemuka di dunia," ujarnya.
Menurut data terbaru, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi syariah yang mengesankan. Pada tahun 2024, Indonesia mencatat pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebesar 5,03%, melampaui negara-negara seperti Arab Saudi dan Malaysia.
"Peringkat Indonesia dalam ekonomi Islam global juga naik ke posisi tiga dunia," tambah Trisna.
Beberapa sektor industri halal di Indonesia bahkan berhasil menduduki peringkat atas secara global. Sektor modest fashion berhasil naik dari peringkat tiga menjadi peringkat satu dunia pada periode 2024-2025. Pariwisata ramah muslim juga menunjukkan kemajuan pesat dengan naik ke peringkat dua.
Meski demikian, Trisna juga mengakui adanya tantangan yang perlu diatasi, seperti ketersediaan bahan baku halal, inovasi model bisnis, dan yang terpenting adalah penguatan literasi ekonomi syariah di tengah masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Bank Indonesia telah meluncurkan berbagai program strategis. Program-program ini mencakup penguatan industri halal melalui sektor prioritas, dukungan terhadap jaminan produk halal, pengembangan ekosistem ekspor, serta akselerasi keuangan komersial dan syariah.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah aplikasi Satu Wakaf, hasil kerja sama antara Bank Indonesia dan BWI. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah masyarakat dalam berwakaf secara online, bahkan dengan nominal kecil sekalipun.
"Ini adalah bagian dari upaya kami untuk mendorong wakaf produktif yang dapat mendukung kemandirian masjid dan pesantren," jelas Trisna.
Dengan berbagai upaya ini, tingkat literasi ekonomi keuangan syariah di Indonesia menunjukkan peningkatan dari 28,01% pada tahun 2023 menjadi 42,84% pada tahun 2024, dengan target ambisius untuk mencapai di atas 90% pada tahun 2029.
Acara ini menegaskan kembali bahwa ekonomi syariah bersifat inklusif dan universal, dimana pengendalian harta menjadi kunci utama untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (Tim Liputan)
Editor : Aan