KALBARNEWS.CO.ID ( PONTIANAK) - Pontianak melahirkan banyak putra-putri terbaik, salah satunya adalah Dr. Hansen Tandra, S.M, M.Si, Alumni Universitas Tanjungpura (Untan) yang sukses menorehkan prestasi akademik hingga tingkat internasional. Lahir di Pontianak, 7 Mei 1996, Hansen membuktikan bahwa anak daerah mampu bersaing di level nasional maupun global melalui pendidikan, riset, dan dedikasi tanpa henti.Dari Pontianak ke Panggung Akademik Dunia: Perjalanan Inspiratif Dr. Hansen Tandra
Awal Jejak Akademik di Untan
Hansen tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan angkatan 2014, dengan konsentrasi Manajemen Keuangan. Tugas akhirnya bertajuk “Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan BI-Rate Terhadap Yield Obligasi Korporasi” menjadi langkah awalnya menekuni dunia akademik. Selain kuliah, ia aktif berorganisasi dan mengikuti lomba esai maupun business plan tingkat nasional. Saat itu, ia belum pernah membayangkan akan melanjutkan studi hingga sampai S3 di usia yang muda.
“Tuhan memang punya rencana indah. Awalnya saya menyiapkan berkas untuk pendaftaran beasiswa lain, tetapi saya justru mendapat kesempatan beasiswa PMDSU yang mengantarkan saya untuk studi S2 dan S3 di IPB,” ungkap Hansen, Senin (18/8/25)
Percepatan S2 dan S3
Pada 2019, Hansen diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui program beasiswa PMDSU (Program Magister-Doktor untuk Sarjana Unggul), sebuah percepatan studi S2-S3 hanya dalam waktu empat tahun.
Di IPB, ia menyelesaikan tesis berjudul "Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Kinerja Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia” untuk gelar Magister (M.Si), dan disertasinya tentang “Dinamika Perdagangan Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia-Malaysia dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Negara” mengantarkannya meraih gelar Doktor di usia muda, 27 tahun.
Tantangan dan Pola Pikir Baru
Bagi Hansen, perbedaan kultur akademik Untan dan IPB menjadi tantangan tersendiri.
“Di IPB, mahasiswa baik itu sarjana dan pascasarjana sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas hingga menulis artikel jurnal, bahkan perpustakaannya di sana selalu ramai hingga malam. Dari sana saya belajar bahwa riset bukan sekadar publikasi, tapi riset untuk menghasilkan solusi atas permasalahan yang dihadapi,” jelasnya.
Statistik yang menjadi mata kuliah yang dikhawatirkan selama masih menjadi mahasiswa di perkuliahan program sarjana dan pascasarjana justru menjadi keterampilan utama dalam riset setelah ditempa di IPB.
Perjalanan karier Hansen berwarna dengan pengalaman riset di berbagai lembaga baik itu dalam konteks nasional dan internasional. Kini, ia telah mengikuti program pascadoktoral di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak Oktober 2024.
Dari sisi penelitian, Hansen aktif dalam banyak proyek, khususnya terkait industri kelapa sawit, perdagangan internasional, hingga dampak digitalisasi terhadap sektor riil. Beberapa penelitiannya telah melibatkan kolaborasi nasional dan internasional dengan beberapa output publikasi yang dihasilkan. Tak hanya itu, ia juga telah terlibat penelitian dalam terbitan 15 publikasi ilmiah terindeks Scopus, sebagian besar telah terindeks baik itu di Q1, Q2 dan Q3 dengan salah satunya adalah meneliti potensi negara tujuan ekspor produk hilir kelapa sawit Indonesia di pasar global.
Hansen tak lupa menyebut nama-nama mentor yang membentuknya. Dari Dr. Mochammad Ridwan Ristyawan (UNTAN) yang pertama kali mendorongnya untuk melanjutkan studi S2, hingga Prof. Arif Imam Suroso (IPB) yang menjadi promotor dan mentor yang mendorong dia menjadi peneliti yang baik dan produktif.
“Beliau-beliau inilah yang membuat saya bisa lulus doktor di usia 27 tahun,” ujarnya.
Menurut Hansen, anak-anak muda Kalbar memiliki potensi besar.
“Banyak yang lebih hebat dari saya. Mereka hanya butuh dukungan berupa sosialisasi informasi beasiswa, pelatihan penulisan dan kesempatan untuk berkembang dengan lingkungan akademik yang penuh gagasan,” pesannya.
Ia juga menegaskan keinginannya untuk kembali membangun Kalbar.
“Kalau ada kesempatan, saya ingin kembali ke Untan sebagai dosen. Itu cara saya membalas kebaikan dari daerah yang membesarkan saya.” pungkasnya.
Perjalanan Dr. Hansen Tandra adalah bukti nyata bahwa keberanian merantau, kerja keras, dan semangat belajar mampu membawa anak daerah ke panggung akademik dunia. Dari Pontianak, ia menembus IPB, melahirkan riset internasional, hingga kini berkontribusi di lembaga riset berskala nasional.
Cerita Hansen menjadi inspirasi bahwa pendidikan adalah pintu menuju perubahan, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan daerah asal. (Tim Liputan)
Editor : Aan