Belajar di Tengah Keterbatasan, 18 Anak di MTS Miftahussholihin Tetap Berjuang Raih Cita-cita

Editor: Redaksi author photo

 Belajar di Tengah Keterbatasan, 18 Anak di MTS Miftahussholihin Tetap Berjuang Raih Cita-cita
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK)  – Di balik ramainya Kota Pontianak, ada kisah perjuangan yang menyentuh hati dari sebuah sekolah sederhana di Jalan Kebangkitan Nasional, Pontianak Utara. Namanya MTS Miftahussholihin, sekolah yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang. Meski berdiri dengan segala keterbatasan, sekolah ini menjadi satu-satunya harapan bagi 18 anak dari keluarga kurang mampu di sekitar TPA untuk terus menuntut ilmu.


Bangunan sekolah jauh dari kata layak. Ruangan belajar yang dipakai hanya berdinding sementara tanpa plester, lantai masih kasar, serta tanpa pintu dan jendela. Halamannya pun masih berupa tanah gambut yang licin ketika hujan. Lebih miris lagi, sekolah ini tidak memiliki aliran listrik maupun akses internet.


Di tengah kondisi tersebut, semangat anak-anak justru tetap berkobar. Setiap hari mereka datang dengan penuh antusias, duduk di bangku sederhana, menulis, membaca, dan belajar dengan segala keterbatasan yang ada.


“Sekolah ini memang serba kekurangan. Tapi di sinilah anak-anak yang orang tuanya sebagian besar bekerja sebagai pemulung atau buruh harian tetap bisa mengenyam pendidikan. Kalau tidak ada MTS Miftahussholihin, besar kemungkinan mereka putus sekolah,” ungkap Fajar Cahyanto, pengurus Yayasan Miftahussholihin.


Fajar menuturkan, sekolah ini berdiri atas niat tulus untuk membuka jalan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di kawasan sekitar TPA. Namun, keterbatasan dana membuat fasilitas sekolah sangat minim.


“Total siswa saat ini hanya 18 orang. Mereka belajar tanpa listrik, tanpa wifi, dan dengan ruang kelas seadanya. Tapi semangat mereka sungguh luar biasa. Ada yang bercita-cita jadi ustaz, guru, bahkan dokter. Harapan kami, ada pihak yang tergerak membantu agar sekolah ini bisa lebih layak,” tambah Fajar.


Kisah MTS Miftahussholihin menjadi cermin bahwa semangat menuntut ilmu tidak pernah padam, meski di tengah keterbatasan. Senyum dan tekad anak-anak ini layak mendapat dukungan, agar cita-cita mereka tidak terhenti hanya karena ruang kelas yang sederhana. (Tim Liputan)
Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini