650 Titik Panas Terdeteksi di Kalbar, Sanggau Jadi Wilayah Terluas Rawan Karhutla

Editor: Redaksi author photo

 650 Titik Panas Terdeteksi di Kalbar, Sanggau Jadi Wilayah Terluas Rawan Karhutla
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK)  – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 650 titik panas atau hotspot tersebar di wilayah Kalimantan Barat selama periode pemantauan 31 Juli 2025 pukul 00.00 hingga 23.00 WIB. Titik panas ini terdeteksi menggunakan sensor VIIRS dan MODIS dari satelit NOAA20, S-NPP, TERRA, dan AQUA, yang berfungsi mengidentifikasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).


Data tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kalbar masih menghadapi potensi karhutla yang signifikan, dengan sebagian besar hotspot memiliki tingkat kepercayaan rendah hingga sedang. Namun, terdapat 26 titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi, yang berpotensi mencerminkan kebakaran aktif dan perlu mendapat perhatian serius.


Sanggau Tertinggi, Pontianak Nihil

Dari sebaran wilayah, Kabupaten Sanggau tercatat sebagai daerah dengan jumlah titik panas terbanyak, yaitu 234 titik, terdiri dari:

  • 181 titik dengan tingkat kepercayaan rendah,

  • 47 titik sedang, dan

  • 6 titik tinggi.


Menyusul di bawahnya adalah:

  • Sekadau: 76 titik (2 tinggi)

  • Kapuas Hulu: 55 titik (2 tinggi)

  • Melawi: 43 titik (1 tinggi)

  • Ketapang: 35 titik

  • Landak dan Kubu Raya: masing-masing 33 titik

  • Sintang: 47 titik

  • Bengkayang dan Kayong Utara: masing-masing 10 dan 9 titik

S

ementara itu, Kota Pontianak dan Singkawang tercatat tidak ditemukan titik panas.

Dominasi Hotspot di Wilayah Tengah dan Timur

Berdasarkan peta sebaran yang ditampilkan BMKG, titik-titik merah (kepercayaan tinggi) paling banyak terkonsentrasi di wilayah tengah dan timur Kalbar, terutama di Kabupaten Sanggau, Sekadau, dan Kapuas Hulu. Kondisi ini menjadi perhatian utama karena merupakan wilayah dengan tutupan lahan luas yang rentan terhadap karhutla.


BMKG menjelaskan bahwa deteksi titik panas dilakukan melalui observasi suhu permukaan bumi siang dan malam hari. Namun, wilayah yang tertutup awan atau berada dalam blank zone tidak dapat terdeteksi oleh satelit, sehingga data ini bisa saja belum mencakup keseluruhan hotspot yang ada.


BMKG mengimbau kepada seluruh pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah-wilayah dengan sebaran titik panas tinggi. Diperlukan tindakan pencegahan dini, patroli (Tim Liputan)
Editor : Aan


Share:
Komentar

Berita Terkini