KALBARNEWS.CO.ID (JAMBI ) - Perasaan Krisna Andrisi Pasca senang ketika program pendampingan gizi dari Majelis Kesehatan (Makes) PP Aisyiyah yang telah berjalan dua bulan dari bulan Mei hingga Juni membuahkan hasil. Banyak perubahan positif yang ia rasakan setelah menjadi penerima manfaat dari program pendampingan gizi Makes Aisyiyah. Inisiatif Kader Aisyiyah Berhasil Ubah Kebiasaan Konsumsi Kental Manis Anak Muaro Jambi
Krisna mengatakan kini tak lagi menyeduh kental manis untuk anaknya seperti dulu. kebiasaannya berubah dalam bulan terakhir. Hal ini tidak terlepas dari inisiatif kader Aisyiyah yang memberikan susu pertumbuhan untuk para penerima manfaat seperti Krisna.
Inisiatif tersebut dimaksudkan agar kebiasaan konsumsi kental manis dapat berhenti. Pemberian susu pertumbuhan lebih sesuai kebutuhan dan memenuhi kebutuhan gizi anak ketimbang kental manis.
“Sehari bisa sampai [minum] tiga kali. Saat ini sudah mulai enggak minta lagi, lebih ke susu bubuk,” kata Krisna.
Krisna merupakan satu dari 24 orang tua di Muaro Jambi yang mendapat pendampingan gizi intensif dari kader Makes Aisyiyah. Selama dua bulan, kader melakukan pertemuan mingguan dengan para penerima manfaat untuk melihat perkembangan anak untuk menghentikan kebiasaan konsumsi kental manis.
Selain itu, kader juga memberikan edukasi gizi serta melakukan kegiatan memasak bersama agar para penerima manfaat dapat langsung berpraktik mengolah pangan di sekitar untuk konsumsi sehari-hari yang lebih sehat. Berkat kegiatan tersebut, Selain Krisna menyebut anaknya kini menjadi suka makan sayur.
“Program ini mengajarkan anak-anak bisa makan sayuran,” ucap Krisna.
Koordinator Divisi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Makes Aisyiyah, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR., mengatakan program ini sangat penting untuk menghentikan kebiasaan konsumsi kental manis guna menghasilkan anak-anak yang sehat. Menurutnya, kebiasaan konsumsi kental manis dapat berdampak buruk pada pemenuhan gizi anak.
Pasalnya, nafsu makan anak-anak menjadi berkurang karena lebih menyukai konsumsi yang manis seperti kental manis.
“Dampaknya kalau seorang anak mulai dari balita terlalu banyak mengkonsumsi kental manis, maka yang terjadi kadar gula darahnya itu akan tinggi. Kemudian rasa laparnya juga akan berkurang. Di situlah anak menjadi lebih sulit atau lebih sedikit untuk makan,” ucap Ekorini.
Pakar kesehatan dari Universitas Pasundan, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., MH.Kes., menilai program pendampingan gizi yang dijalankan Makes Aisyiyah sangat bermanfaat dalam mengubah perilaku yang salah dalam mengonsumsi kental manis.
Ia menyebut edukasi yang dilakukan secara langsung di rumah mampu memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh kepada orang tua, sehingga pesan gizi lebih mudah diterima dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Saat penyuluhan dilakukan di rumah, edukasi menjadi efektif kepada para orang tua,” tutur Alma. (Tim Liputan)
Editor : Aan