KALBARNEWS.CO.ID (BOGOR) - Anak adalah tanggung jawab bersama orang tua, bukan hanya ibu. Ayah dan ibu memiliki peran penting dalam pengasuhan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan ana. Hal itulah yang dibuktikan Abdul Rojak (40) dari kampung Cikondang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Cara Abdul Rojak Hentikan Kebiasaan Minum Kental Manis Balitanya
Beberapa tahun terakhir, ia berbagi peran dengan sang istri dan ikut bertanggung jawab atas urusan domestik rumah tangga, termasuk memastikan asupan gizi sang buah hati. Saat ini, sementara sang istri sedang bekerja di Timur Tengah, Abdul mendedikasikan diri untuk anak.
Komitmen Abdul terlihat kala ia dan anak keduanya Jihan Jawhara ikut program pendampingan gizi Majelis Kesehatan Aisyiyah. Selama dua bulan terakhir, ia bersama 23 penerima manfaat lainnya rutin mengikuti pertemuan mingguan guna memantau, meningkatkan pengetahuan gizi dan mendorong penghentian konsumsi kental manis pada anak-anak.
“Alhamdulillah, pengetahuan saya jadi bertambah. Dulu saya kira kental manis itu susu yang bagus buat anak. Tapi ternyata lebih banyak gulanya daripada gizinya,” kata Abdul.
Selama mengikuti pertemuan, Abdul tak ragu untuk aktif seperti bertanya serta mencatat informasi dari pendamping gizi. Tak lupa Abdul mengabari perkembangan anak-anaknya termasuk program pendampingan gizi sampai ke istrinya yang bekerja di timur tengah.
“Dia [istri] bilang, walaupun dia jauh, anak-anak tetap terurus. Itu bikin saya makin semangat,” ungkapnya.
Sebelum ikut program ini, Abdul mengaku tak menyadari bahwa konsumsi kental manis akan memberikan dampak negatif untuk anaknya. Bukan hanya kesehatan fisik, namun juga nafsu makan anaknya juga cukup rendah.
Setelah dua bulan program ini berjalan, dampaknya pun kini terasa. Anaknya yang sudah berhenti kental manis, pola makannya juga berubah. Itu terlihat dari nafsu makannya yang tadinya hanya makan dua kali sehari dengan porsi kecil, kini nafsu makannya dapat mencapai tiga kali dalam sehari.
“Sekarang bisa makan sendiri satu piring habis. [anaknya] enggak mau disuapin lagi,” kata Abdul dengan nada bangga.
Dampak positif yang dialami Jihan juga dirasakan para penerima manfaat lainnya. kebanyakan dari penerima manfaat juga mengalami peningkatan nafsu makan seperti Jihan. Alhasil, banyak ibu yang semakin semangat memberikan masakan yang mengandung banyak gizi dan disukai anak-anaknya.
Selain meningkatkan nafsu makan, penghentian konsumsi kental manis turut memberi manfaat lain. Salah satunya banyak penerima manfaat yang mengaku giginya tidak sakit lagi setelah menghentikan konsumsi kental manis.
Lebih lanjut, berkat mengikuti program pendampingan gizi selama dua bulan, Abdul semakin yakin pentingnya keterlibatan ayah dalam urusan gizi anak. Ia tak lagi menyerahkan sepenuhnya pada ibu, karena ia paham bahwa tanggung jawab merawat dan memastikan tumbuh kembang anak bukan hanya milik satu pihak.
“Kalau kata saya sama, sangat penting laki-laki untuk mengurus anak. Enggak ada istilahnya kita, laki-laki mesti bekerja saja. Sama pentingnya dengan istri,” ungkapnya. (Tim Liputan)
Editor : Aan