![]() |
Spesialis Minyak Tiongkok Kembangkan Teknologi Banjir Air Dan Uap Ganda Untuk Meningkatkan Pemulihan Minyak |
KALBARNEWS.CO.ID (TIONGKOK) - Sekelompok teknisi dari cabang CNOOC Tianjin bersama dengan para peneliti dari Universitas Perminyakan Tiongkok (Tiongkok Timur) telah menguji efektivitas teknologi steam flooding di ladang minyak berat lepas pantai. Mereka menyuntikkan uap ke dalam sumur minyak setelah flooding konvensional, yang secara signifikan meningkatkan volume minyak yang diperoleh di rak.
Teknologi pembanjiran konvensional, yang banyak digunakan di ladang minyak berat lepas pantai, memerlukan penyuntikan air ke dalam formasi untuk menggantikan minyak. Meskipun metode ini relatif murah, efektivitasnya terbatas: batuan dapat menahan hingga 95% cadangan minyaknya sebagai hasilnya.
Untuk meningkatkan perolehan minyak, para spesialis Tiongkok telah mengusulkan penggunaan pembanjiran uap, yaitu penyuntikan uap panas, yang memanaskan minyak, mengurangi viskositasnya, dan memfasilitasi pemindahannya. Alih-alih meninggalkan pembanjiran, pendekatan ini bertujuan untuk melengkapinya dengan memperkenalkan fase uap setelah fase air.
Sebagai bagian dari penelitian, para ilmuwan melakukan 11 percobaan laboratorium dalam kondisi yang semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya. Untuk tujuan tersebut, mereka menggunakan tangki tubular dan volumetrik (model 1D dan 3D) yang mensimulasikan geometri reservoir minyak. Minyak dan air formasi dari ladang di Teluk Bohai digunakan sebagai media kerja.
Setiap percobaan dimulai dengan penggenangan, yang berlanjut hingga tingkat pemotongan air tertentu (60% atau 90%) tercapai, setelah itu fase injeksi uap akan dimulai. Selama percobaan, para ilmuwan memvariasikan interval antara tahap, laju injeksi uap, dan keberadaan aditif kimia khusus.
Aditif tersebut meliputi busa nitrogen, yang menyumbat saluran dengan permeabilitas tinggi dan memperlambat terobosan uap prematur, dan agen penggeser, yang mengurangi tegangan permukaan antara minyak dan air dan membuatnya lebih mudah untuk melepaskan minyak dari pori-pori.
Di bawah pengaruh uap, formasi tersebut dipanaskan secara efektif: viskositas minyak, yang berjumlah sekitar 9.100 mPa·s pada suhu 25°C, turun secara signifikan, setelah itu minyak menjadi bergerak, tekanan meningkat dan minyak mulai tergeser secara aktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembanjiran uap setelah pembanjiran air membuat perolehan minyak jauh lebih efisien. Dalam beberapa kasus, peningkatan efisiensi melebihi 55% dibandingkan dengan injeksi air saja.
Dalam model 3D, yang mendekati kondisi nyata dalam hal geometri, laju umpan uap yang tinggi menyebabkan pemanasan yang lebih seragam pada volume batuan yang signifikan dan peningkatan perolehan minyak. Penggunaan aditif kimia tambahan memberikan peningkatan perolehan minyak hingga 5,47% dibandingkan dengan pembanjiran uap tanpa aditif.
Namun, meskipun teknologi ini sangat efisien, penerapan praktisnya dalam kondisi lepas pantai dikaitkan dengan sejumlah kesulitan. Kebutuhan untuk menggunakan peralatan berukuran besar (generator uap, pipa berinsulasi panas, dan sistem pasokan listrik) memerlukan biaya yang cukup besar.
Ditambah lagi, konsumsi bahan bakar yang tinggi selama pembangkitan uap menyebabkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, para ilmuwan dihadapkan pada tugas untuk menemukan keseimbangan optimal antara biaya finansial dan lingkungan serta efisiensi produksi minyak yang maksimal. (Tim Liputan)
Editor : Aan