Perubahan Iklim Memperburuk Kebakaran Hutan di Australia

Editor: Redaksi author photo

Perubahan Iklim Memperburuk Kebakaran Hutan di Australia

KALBARNEWS.CO.ID (AUSTRALIA) - 
Australia kembali menghadapi tantangan besar di awal tahun 2025 ini, dengan kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah di negara tersebut. Gelombang panas ekstrem atau heatwave yang terjadi di bagian tenggara Australia, terutama di Melbourne, telah memicu serangkaian kebakaran yang merusak dan menimbulkan ancaman bagi warga. 


Suhu panas yang diprediksi mencapai 41 derajat Celsius di Melbourne, jauh lebih tinggi dari rata-rata suhu bulan Januari yang biasanya berkisar 27 derajat Celsius, menunjukkan betapa ekstremnya kondisi cuaca yang terjadi.


Peringatan telah dikeluarkan oleh badan ramalan cuaca nasional, yang mencatat bahwa suhu tinggi tersebut berdampak langsung pada kebakaran yang sedang melanda kawasan seperti Little Desert National Park dan Grampians National Park di Victoria. 


Dalam beberapa pekan terakhir, defisit curah hujan yang parah selama 18 bulan terakhir menyebabkan banyak tanaman mati dan menumpuk di hutan, menciptakan kondisi yang sangat rawan kebakaran. Hal ini semakin mempermudah api untuk merambat dengan cepat, mengingat tumpukan bahan bakar alami yang sangat kering.


Seiring dengan peningkatan suhu yang diprediksi, pihak berwenang setempat telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga yang tinggal di sekitar kawasan Grampians National Park, yang terletak di Melbourne bagian barat. 


Sekitar 100 warga di empat kota kecil di kawasan tersebut diminta untuk segera mengungsi guna menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran. Layanan darurat mengingatkan bahwa jika warga memilih untuk tetap tinggal, mereka mungkin tidak akan mendapatkan bantuan jika kondisi semakin memburuk.


Perubahan iklim diyakini menjadi faktor utama di balik terjadinya gelombang panas yang parah di awal tahun 2025 ini. Prediksi dari badan meteorologi Australia menunjukkan bahwa suhu di seluruh negeri diperkirakan akan terus meningkat, yang berisiko meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan. 


Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas kedua di Australia setelah tahun 2019, dengan suhu rata-rata 1,46 derajat Celsius lebih tinggi daripada rata-rata suhu yang tercatat pada tahun 1961-1990. Keadaan ini semakin memperlihatkan bagaimana perubahan iklim berperan besar dalam memperburuk kondisi cuaca ekstrem di negara tersebut.


Biro Meteorologi Australia juga mencatat bahwa sepuluh tahun terpanas dalam sejarah negara tersebut terjadi dalam dua dekade terakhir, menunjukkan adanya pola yang semakin mengkhawatirkan terkait pemanasan global. 


Sarah Perkins-Kirkpatrick, wakil direktur Pusat Keunggulan Cuaca Abad 21 di Universitas Nasional Australia, mengungkapkan bahwa tidak ada mekanisme iklim yang mampu mempersiapkan negara untuk menghadapi kondisi cuaca panas yang semakin ekstrem. Perubahan iklim telah menjadi faktor yang tak terbantahkan dalam mempengaruhi pola cuaca di Australia dan menyebabkan peningkatan suhu yang luar biasa.


Situasi ini juga menunjukkan betapa pentingnya upaya mitigasi perubahan iklim dan penanggulangan bencana alam, terutama di negara-negara yang rentan terhadap dampak cuaca ekstrem. Kebakaran hutan yang melanda Australia di awal tahun 2025 ini adalah pengingat akan urgensi untuk segera mengambil langkah-langkah nyata dalam mengatasi krisis iklim yang semakin memburuk. 


Pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia harus bekerja sama untuk menghadapi tantangan global ini, demi mencegah terjadinya bencana alam yang lebih parah di masa depan. (Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini