Komitmen Lazada Indonesia dalam pemberdayaan UMKM lokal diwujudkan diantaranya dengan berbagai pelatihan Naik KeLaz dalam Lazada University. |
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Seiring perkembangan teknologi yang cepat dalam aktivitas perekonomian, pelaku usaha mendapatkan peluang memperluas jangkauan pasar dengan merambah ke dunia digital. 28 November 2024
Center for Indonesian Policy Study (CIPS) dan Lazada Indonesia (Lazada) bekerja
sama dalam penelitian berjudul "Mengatasi Hambatan Naik Kelas
UMKM Digital" yang hasilnya
diantaranya menunjukkan bagaimana talenta digital menjadi tantangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk berdigitalisasi.
Menurut data Kemenkop UKM pada 2023, ada 22,81 juta
dari 66 juta UMKM yang melakukan digitalisasi pada praktik bisnisnya, salah
satunya dengan melakukan penjualan melalui eCommerce. Di sisi lain, studi CIPS
dan Lazada mengungkap bahwa 98,68% dari total UMKM di Indonesia masuk
ke dalam kategori usaha mikro, jauh lebih besar dari kategori kecil (1,22%) dan
menengah (0,10%).
Nyatanya, pelaku UMKM menghadapi berbagai tantangan
yang menghambat proses digitalisasi. Studi CIPS dan Lazada menunjukkan bahwa
untuk menciptakan dan mendapatkan talenta digital di dalam ekosistem bisnisnya,
pelaku UMKM terbentur dengan tingginya biaya, baik dalam proses perekrutan
maupun pelatihan.
"Kami meyakini bahwa faktor talenta atau sumber
daya manusia merupakan faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan inklusifitas
UMKM dalam ekonomi digital di Indonesia. Oleh karena itu, kami terus
berinovasi untuk menjalankan peran sebagai platform eCommerce untuk memberikan
pembekalan yang memadai bagi para pelaku usaha yang baru memulai perjalanannya
di dalam platform. Lazada University menjadi salah satu wujud nyata komitmen
kami dalam menciptakan dan mengembangkan talenta digital baru dan membantu
pelaku UMKM naik kelas," ungkap Budi Primawan, Vice President -
Government Affairs, Lazada Indonesia.
Sebesar 30% responden yang memiliki kecenderungan
berinovasi yang tinggi merasa pemasaran dan promosi mereka tidak cukup memadai
untuk menjangkau pasar karena hanya 47,7% bisnis UMKM yang memiliki sumber daya
dengan keterampilan desain grafis untuk pemasaran digital. Selain itu, 28,57%
merasa mereka tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital yang
tersedia.
Menanggapi tantangan ini, Lazada Indonesia, sebagai
salah satu pelaku eCommerce di Indonesia, menjalankan perannya untuk
menjadi katalis digitalisasi UMKM dengan pengembangan talenta digital. Melalui
inisiatifnya, Lazada menyediakan pengajaran dan pelatihan yang mudah diakses
UMKM, membantu pemain baru dalam ekonomi digital untuk naik kelas.
Lazada University merupakan
platform pembelajaran bagi para penjual yang tergabung di Lazada, yang dapat
diakses secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Melalui Lazada University,
Lazada menyediakan sumber informasi gratis untuk para penjual Lazada dengan
pusat pelatihan online yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan penjual agar bisa terus berkembang di pasar eCommerce.
Lebih lanjut, hasil studi CIPS dan Lazada menemukan
48,21% UMKM yang memiliki kecenderungan berinovasi yang tinggi
merasa kesulitan menjangkau konsumen yang lebih luas dengan 37.50%
terhambat mahalnya biaya logistik, 30,36% kurang menguasai pemasaran digital,
28,57% kesulitan memanfaatkan teknologi secara maksimal, dan 32,14% kesulitan
mendapatkan akses permodalan.
Data tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap
digitalisasi dan eCommerce saja tidak cukup, dan talenta digital yang dapat
memanfaatkan peluang bisnis digital masih merupakan tantangan besar yang harus
dihadapi. Sejalan dengan data yang ditunjukkan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kemenkominfo) pada 2023, Indonesia membutuhkan tambahan 9
juta talenta digital pada 2030 dan harus menghasilkan rata-rata 600 ribu
talenta digital per tahun melalui pelatihan dan keterampilan.
Berbagai tantangan pada sumber daya manusia ini
memerlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan
digital yang sehat dan terbuka untuk segala inovasi oleh pelaku UMKM.
"UMKM dihadapkan dengan tantangan ketersediaan
dan persaingan dalam mendapatkan sumber daya cakap digital. Oleh karena itu,
sektor swasta, khususnya eCommerce, memegang peranan penting dalam merumuskan
kurikulum digital yang mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan terus
berubah," jelas CEO Center for Indonesian Policy Study
(CIPS), Anton Rizki.
Komitmen Lazada terhadap pengembangan ekosistem
kewirausahaan digital terus diperkuat dengan menghadirkan para LazStar Trainer, para penjual di eCommerce sekaligus pelatih
bersertifikat yang berhasil mengembangkan tokonya hingga menjangkau pasar
nasional berkat penguasaan fitur-fitur kunci pada eCommerce.
LazStar Trainer yang dipilih Lazada dikenal
sebagai marketplace expert yang memang telah
berhasil mendorong banyak pelaku usaha online menumbuhkan bisnisnya di
eCommerce. Sebagai LazStar Trainer, Dedy Liem, Rika Yeo, dan Johanes Lie akan mendorong, memotivasi, dan mengajarkan para
penjual di Lazada berbagai strategi pemasaran digital yang penting untuk
pertumbuhan bisnis.
Lazada juga menawarkan kompetisi Lazada Next Top Seller bagi
para penjual baru di Lazada dengan hadiah puluhan juta rupiah dan pelatihan
bersama tiga LazStar Trainer Lazada selama tiga bulan, sebagai bagian dari
upaya memperkuat semangat dan kemampuan kewirausahaan digital para penjual baru
di Lazada.
Ke depannya, Lazada akan terus berkolaborasi bersama
berbagai sektor dengan fokus diantaranya pada pada peningkatan keterampilan
talenta digital sebagai tantangan utama dalam pertumbuhan UMKM.
"Kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi
dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang inklusif
bagi pelaku UMKM. Melalui inisiatif yang kami berikan, kami harap dapat
mendorong adopsi digital oleh UMKM melalui lahirnya talenta-talenta digital
baru," tutup Budi. (Tim Liputan).
Editor : Lan