KALBARNEWS.CO.ID (SUNGAI RAYA) - Penguasaan terhadap data-data tentang kondisi Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi salah satu kunci pasangan calon gubernur, dan wakil gubernur Kalbar untuk tampil optimal dalam debat publik yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalbar.
Saat debat publik pertama yang digelar di Qubu Resort, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (23/10) malam, pasangan nomor urut 1, Sutarmidji-Didi Haryono (Midji-Didi) tampak begitu menguasai data. Keduanya juga terlihat jarang membuka catatan, karena sudah menguasai data-data tersebut di luar kepala.
Seperti ketika sesi debat publik segmen kedua, saat merespon pertanyaan panelis terhadap Calon Gubernur nomor urut 3, Muda Mahendrawan tentang upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Calon Gubernur nomor urut 1, Sutarmidji sempat membeberkan beberapa data. Salah satunya data terkait komponen utama IPM dari sektor pendidikan, yakni angka Rata-rata Lama Sekolah atau belajar (RLS), dan Harapan Lama Sekolah (HLS).
Saat itu, Midji menyebutkan angka HLS di Kalbar sudah di atas 12 tahun. Untuk meningkatkannya, ia pun telah banyak membangun unit-unit sekolah baru yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov), yaitu SMA/SMK Negeri. “Kita membangun sekolah sebanyak-banyaknya, (sudah) ada 60 lebih sekolah yang dibangun (di periode pertama),” ungkapnya.
Kemudian yang angkanya masih cukup rendah menurut Midji adalah RLS di Kalbar yang baru sekitar 7,7 tahun. Itu bisa terjadi kata dia, karena di masa lalu pendidikan jenjang SMA/SMK sederajat tidak begitu diperhatikan. “Mereka (pelajar SMA/SMK) banyak putus sekolah. Sekarang ini (masih) ada 100 ribu lebih anak yang tak pernah sekolah, karena (dulu) sekolahnya tidak ada. Makanya harus dibangun, satu-satunya itu tadi pendidikan,” papar Midji-sapaan karibnya.
Berselang dua segmen setelah itu, tepatnya di segmen keempat secara tiba-tiba, Cagub Kalbar nomor urut 2, Ria Norsan kembali menyinggung data yang disampaikan Midji di segmen kedua. Ia malah memperbaiki pernyataan Cagub Kalbar nomor urut 1, tentang angka HLS yang disebut Midji sudah di atas 12 tahun. Norsan mengatakan angka tersebut keliru.
“Untuk lama sekolah bapak ahli dalam data, untuk lama sekolah saya ingatkan bapak itu bukan usia 12 tahun lagi, itu kita masih di 8,2 tahun, artinya masih banyak yang lulusan SMA belum selesai. Saya tidak menggurui tapi saya mengingatkan saja mungkin bapak lupa,” ucap Norsan yang disambut sorakan para pendukungnya.
Dalam pernyataannya itu Norsan hanya menyebut ‘lama sekolah’, sehingga tidak jelas apakah yang dimaksud Harapan Lama Sekolah (HLS), atau Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Karena kedua istilah tersebut jelas berbeda.
Namun karena di segmen tersebut Midji hanya mendapat satu kesempatan menanggapi pernyataan Cagub Kalbar nomor urut 2, ia akhirnya menjawabnya saat pernyataan terakhir atau closing statement. Dalam tiga menit waktu untuk menyampaikan pernyataan terakhir, Midji sedikit menyinggung soal data yang diperbaiki Norsan itu. “Lamanya belajar (RLS) dengan lamanya harapan belajar (HLS) itu beda, lamanya belajar (RLS) di Kalbar itu sampai hari ini masih 7,71 tahun, dan harapan lamanya belajar sudah di atas 12 tahun. Ini data, makanya calon gubernur, seorang kepala daerah harus paham tentang data,” tegas Midji.
Seperti diketahui, dari data berita resmi statistik yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar per 1 Desember 2023, disebutkan bahwa angka RLS Kalbar sudah 7,71 tahun, sedangkan angka HLS Kalbar sudah 12,67 tahun. Tidak ada angka 8,2 tahun seperti yang disebutkan Cagub Kalbar nomor urut 2. (tim Liputan)
Editor : Aan