Produsen baterai EV terbesar di dunia menyediakan kerja sama
teknologi untuk mempercepat transisi menuju kelestarian alam
KALBARNEWS.CO.ID (HONG KONG) -- CATL, pemimpin industri global pada segmen teknologi energi baru, hari ini mendorong inovasi yang lebih terbuka antara berbagai pelaku usaha dan negara guna menjawab tantangan perubahan iklim.
Berbicara di ajang "One Earth Summit" di Hong Kong, Dr. Robin Zeng, Chairman & CEO, CATL, mengumumkan, CATL siap membagikan teknologi buatannya, serta praktik Nol Karbon bagi setiap orang yang berkomitmen mempercepat transisi energi hijau, alat transportasi bertenaga listrik, serta ekonomi sirkular—termasuk kompetitor. (27 Maret 2024).
"Kini, kita harus semakin gencar menjalin kerja sama jika
kita ingin mengatasi permasalah terbesar yang dihadapi manusia, seperti
perubahan iklim," ujar Dr. Zeng.
Perkembangan teknologi secara kontinu menjadi kunci dalam mewujudkan keberlanjutan, menurut Dr. Zheng. Dia juga mengemukakan, investasi penelitian dan pengembangan mempertahankan posisi CATL sebagai perusahaan teknologi baterai nomor satu dunia. CATL kini memiliki lebih dari 20.000 staf litbang di seluruh dunia, serta menanamkan investasi litbang senilai US$ 2,59 miliar pada 2023.
Hampir 30.000 hak paten yang telah diraih dan
tengah diajukan CATL di seluruh dunia meliputi berbagai teknologi yang penuh
terobosan, termasuk baterai LFP 4C superfast-charging yang
pertama di dunia, menghasilkan jarak tempuh kendaraan hingga 400 km ketika
dayanya diisi ulang hanya dalam 10 menit, serta baterai Qilin yang
menghasilkan jarak tempuh hingga 1.000 km dalam satu siklus pengisian ulang
daya baterai.
Dr. Zeng memaparkan langkah signifikan yang ditempuh CATL untuk
menurunkan emisi karbon. Empat pabrik CATL telah mencapai Nol Karbon,
serta tiga pabrik di industri baterai telah mendapat pengakuan World Economic
Forum merupakan fasilitas produksi milik CATL. Lebih lagi, CATL juga
berkomitmen mencapai netralitas karbon dalam seluruh kegiatan inti pada 2025,
serta memastikan netralitas karbon dalam rantai pasoknya pada 2035.
CATL turut membuat lompatan besar dari sisi daur ulang. Pada
2023, CATL mendaur ulang lebih dari 100.000 ton sampah baterai. Dengan
efisiensi 90% dalam pengumpulan sampah baterai, CATL mengumpulkan 13.000 ton
litium karbonat sehingga secara drastis mengurangi kebutuhan litium dari
tambang, serta mempercepat kontribusi terhadap ekonomi sirkular.
"Saya membayangkan inisiatif keberlanjutan seperti sebatang
pohon. Namun, kita harus berambisi menciptakan hutan," ujar Dr. Zeng.
"Kami ingin bekerja sama dengan berbagai perusahaan, pemerintah, investor,
dan setiap pihak yang berminat mempercepat aksi iklim. Lewat kolaborasi, kita
dapat memperluas praktik Nol Karbon dari pabrik hingga masyarakat,
kota, dan lain sebagainya."
Dalam presentasinya, Dr. Zeng memaparkan tiga manfaat dari
inovasi terbuka:
1. Menutup kesenjangan teknologi: CATL
membagikan teknologi baterai lewat model LRS (lisensi, royalti, dan servis),
serta mendukung mitra-mitra OEM dalam pembangunan dan pengelolaan pabrik
baterai. Hal ini ikut mempercepat kegiatan operasional mitra-mitra, serta
mempercepat transisi energi hijau.
2. Merealisasikan skenario nol karbon yang baru: CATL
mengembangkan cara-cara baru dalam memakai teknologi baterai guna memajukan
aspek keberlanjutan. Misalnya, CATL bekerja sama dengan jaringan mitra dalam
tenaga listrik, pertambangan tanpa awak manusia (unmanned mines), dan
penukaran baterai (battery swapping) untuk kendaraan penumpang dan
truk heavy-duty.
3. Menciptakan ekosistem berkelanjutan: Dalam
waktu dekat, EV berpotensi menjadi fasilitas penyimpanan energi
terdistribusikan. Maka, EV ikut menyediakan dan meregulasi daya listrik
gigawatt untuk jaringan transmisi listrik. Pemilik EV pun memperoleh manfaat
finansial yang semakin besar dengan menjual daya listrik kepada jaringan
transmisi listrik ketika beban puncak (peak time).
"Banyak negara dan perusahaan meninggalkan komitmen nol
karbon, padahal kita justru perlu mempercepatnya," lanjut Dr. Zheng.
"Kita harus bersatu guna menjawab tantangan terbesar ini, dan saya yakin
bahwa inovasi terbuka merupakan kunci dalam mempercepat transisi energi
hijau." (Tim Liputan)
Editor : Aan