Ibadah Tidur

Editor: Redaksi author photo

Ibadah Tidur

KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK)
- Di pesantren, tidur sangatlah istimewa. Ketika para pengurus dan ustaz (pengajar yang diberikan tugas mengajar oleh pengasuh) berkeliaran ke setiap kamar, lebih-lebih di waktu subuh untuk membangunkan para santri, saat itulah momen para santri pejuang tidur itu jengkel, pengen banting-banting bantal karena mau banting ustaznya khawatir kualat dan dibantai oleh santri kebanyakan sekalipun tak ada yang kuat berterus terang. 


Fenomena dari suasana yang fenomenal bakal didapati pada mereka seperti pura-pura duduk, menunduk layaknya orang wiridan, seperti aliran kebatinan tanpa suara membaca firman Tuhan, hingga ada yang tidur di kamar mandi dan bahkan sampai ada yang masuk dalam lemari yang berukuran besar. Mereka lakukan tidak lain demi menyelamatkan kelangsungan kebahagiaan yang diperoleh dalam tidur, sebuah pelajaran pra-kematian.


Tempat yang hanya ada pelajar dan pengajar ini atau nama lainnya dunia kiai dan santri, kadang pula diplesetkan sebagai penjara suci. Sebuah kehidupan yang sangat ketat dengan aturan dan larangan, hukuman serta denda bagi setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pesantren. 


Dikelola oleh pengasuh baik dalam aspek mengkonsumsi makanan, pelajaran penunjang, etika, latihan kedewasaan, intelektualitas, spiritualitas, tirakat bahkan jadwal istirahat. Oleh karenanya, Abuya -sebagian saja- panggilan dari gelar sebagai pengasuh memiliki peran yang sangat urgen dalam mengatur roda terselenggaranya aktivitas kehidupan santri. 


Gejala tidur dijadikan sebuah aktivitas yang sangat mahal, bahkan diperjuangkan secara mati-matian, sebab jadwal tidur di pesantren teramat sebentar. Paling -banter- 5 s/d 6 jam, itu pun jika sebelum tidur tidak ada bumbu canda tawa, persiapan hafalan dan muthala'ah pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari. 


Jadi, kesempatan untuk beraktivitas dalam mimpi ini memang sangat sempit, cendrung dibatasi dan tentu saja kurang memuaskan. Ciri khas pesantren memang menganggap tidur sebagai istirahat demi persiapan agar tampak segar-bugar dan semangat menjalani kehidupan dan perjuangan.


Dengan demikian, sepatutnya apabila santri memperjuangkan tidur sampai benar mati-matian. Sebab, nilai kepuasan (tidur) dari dulu memang cenderung dinomor- satukan. Kendatipun pernyataan dari pendapat ini cendrung subjektif. Namun yang jelas, tidur itu sangat penting. Tidur bagian dari cara bagaimana aktifitas tidak terbengkalai, untuk istirahat dan bagian dari kelanjutan aktifitas setelahnya. Tidur sama halnya untuk melanjutkan ke-hidup-an, bukan semata-mata hidup untuk tidur.


Dalam dunia medis, dokter manapun akan mengatakan tidur sangat berpengaruh pada kesehatan baik pada tubuh dan mental. Organ-organ yang ada dalam tubuh hanya mendapati rasa santai serta istirahat pada saat tidur.


Tak kalah penting mengenai tidur, salah satu literatur agama juga sangat menyarankan tidur. Misalnya Al-Qur'an yang teramat sering dibaca; ayat kursi, pada sebagian redaksi dinarasikan bahwa Tuhan tidak mengantuk apalagi tidur لا تأخذه سنة ولا نوم. Hal ini menandakan bahwa Tuhan menjaga langit, bumi serta cipta-ciptaan lainnya dengan sangat serius, sebagai bukti bahwa hanya Tuhan saja yang layak tidak tidur apalagi mengantuk.


Dari itu, karena santri bukan Tuhan, juga tidak diperintahkan menjaga langit dan bumi sebagaimana Tuhan, silakan tidur.  Sebab mengistirahatkan diri adalah bagian dari persiapan untuk melanjutkan aktifitas-aktifitas setelah terjaga. Melanjutkan tugas-tugas keseharian dengan belajar, bekerja dan kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan.


Tuhan sudah menciptakan tidur sebagai bagian dari sifat alamiah manusia. Sehingga tugas santri adalah menunaikannya. Dengan demikian, aktifitas tidur juga bagian dari ibadah dalam menjalankan apa yang telah dikehendaki-Nya. Juga, karena tidur pula lah potensi-potensi kemaksiatan itu terhindar dan terbebas dari kemungkinan melakukan hal-hal keharaman. Kalau sampai nggk shalat subuh? Wallahu a'lam.(Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini