Ekspor Batu Bara Indonesia Mencapai Titik Tertinggi Sepanjang Masa

Editor: Redaksi author photo

Ekspor Batu Bara Indonesia Mencapai Titik Tertinggi Sepanjang Masa

KALBARNEWS.CO.ID (ASIA)
- Pada tahun 2023, produksi batubara Indonesia meningkat sebesar 12% dan ekspor batubara meningkat sebesar 10%, menurut S&P Global Platts. Secara absolut, produksi dan ekspor batubara negara tersebut masing-masing mencapai 775,2 juta ton dan 508,0 juta ton, yang merupakan rekor sepanjang sejarah pengamatan statistik. (3 Februari 2024).


Pangsa batubara pembangkit listrik dalam ekspor bahan bakar padat Indonesia melebihi 95%, itulah sebabnya dinamika pembangkit listrik tenaga batubara merupakan kunci bagi pasokan ekspor Indonesia. 



Menurut Badan Energi Internasional (IEA), pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh dunia meningkat sebesar 1,6% pada tahun 2023, mencapai 10.613 terawatt-jam (TWh), yang juga merupakan angka tertinggi sepanjang masa. 



Di negara-negara kawasan Asia-Pasifik yang menjadi tujuan utama eksportir batubara, peningkatan pembangkit listrik tenaga batubara mencapai 2,5% (dari 8.196 TWh menjadi 8.675 TWh). Bukan suatu kebetulan jika pangsa Tiongkok dan India mencakup 64% (324,1 juta ton) ekspor batu bara Indonesia pada tahun 2023.



Tiongkok dan India tetap menjadi pemimpin dunia dalam hal laju pembangunan infrastruktur pembangkit listrik tenaga batu bara. Menurut Global Energy Monitor, Tiongkok menyumbang 66% dari PLTU batu bara baru yang dioperasikan di seluruh dunia (17,0 GW dari 25,9 GW) pada paruh pertama tahun 2023, dengan India sebesar 12% (3,1 GW). 



Peningkatan ekspor dari Indonesia tidak hanya didorong oleh kedekatan geografis pasar-pasar utama tetapi juga oleh relatif murahnya bahan baku lokal: misalnya, harga rata-rata pengiriman batubara pembangkit listrik dari pelabuhan Banjarmasin di Indonesia adalah $63,1 per ton pada tahun 2017. pada tahun 2023, yang hampir tiga kali lebih rendah dibandingkan pengiriman batu bara dari pelabuhan Newcastle di Australia ($172,8 per ton), salah satu pusat batu bara terbesar di Asia-Pasifik.




Salah satu penyebab kesenjangan ini adalah kualitas bahan baku Indonesia yang ditandai dengan kandungan kalori yang rendah dan kadar air yang relatif tinggi. Menurut S&P Global Platts, rata-rata nilai kalori batubara yang dikirim ke Banjarmasin adalah 3.800 kilokalori per kilogram (kkal per kg), sedangkan bahan baku yang diekspor dari Newcastle memiliki nilai kalori 5.500 kkal per kg. Kadar air batubara Indonesia dan Australia masing-masing sebesar 38% dan 10%, sehingga mempengaruhi efisiensi bahan bakar di pembangkit listrik.



Namun hal ini tidak menghalangi Indonesia untuk menjadi eksportir batu bara pembangkit listrik terbesar di dunia. Perkiraan awal IEA menyebutkan bahwa pangsa negara ini dalam struktur ekspor batubara global adalah sebesar 44% pada tahun 2023, dengan Australia dan Rusia masing-masing menyumbang 18% dan 15%.(Tim Liputan)

Editor : Aan

 

Share:
Komentar

Berita Terkini