Permintaan Listrik Global Meningkat Sebesar 90% Sejak Tahun 2000
KALBARNEWS.CO.ID (ASIA) - Permintaan
listrik global telah meningkat sebesar 90% sejak tahun 2000, menurut lembaga
think tank Ember. Konsumsi listrik di seluruh dunia telah meningkat dari
15.108 terawatt-jam (TWh) pada tahun 2000 menjadi 28.661 TWh pada tahun 2022.
Secara absolut, peningkatan permintaan telah mencapai 13.553 TWh, sebanding
dengan konsumsi listrik tahunan saat ini di kawasan Asia-Pasifik ( 14.449 TWh
pada tahun 2022). Jumat (19 Januari 2024).
Tren
peningkatan permintaan listrik hanya terhenti dua kali selama lebih dari 20
tahun terakhir: pada tahun 2009, ketika konsumsi listrik global turun sebesar
0,7% karena krisis keuangan global, dan pada tahun 2020, ketika permintaan
listrik turun sebesar 0,3% karena krisis listrik. pandemi COVID-19.
Pendorong utama permintaan listrik adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia-Pasifik, dimana batu bara memainkan peran penting dalam bauran energi di setiap negara. Misalnya, pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia-Pasifik meningkat hampir tiga kali lipat (menjadi 6.343 TWh) pada periode tahun 2000 hingga 2014, dengan pangsa kawasan ini dalam struktur global pembangkit listrik tenaga batu bara mencapai 65% (berbanding 36% di tahun 2014). 2000).
Hal ini sebagian besar menjelaskan masa keemasan batubara, yang terjadi antara tahun 2000 dan 2014, ketika pertumbuhan permintaan bahan bakar padat global mencapai 62,7 exajoule (EJ), melebihi tingkat tahun 1965–2000 sebesar 1,5 kali lipat (meningkat sebesar 40,7 EJ).
Negara-negara OECD juga terus mendorong permintaan, memperluas elektrifikasi tidak hanya pada transportasi, namun juga sektor ekonomi lainnya. Misalnya, pangsa listrik dalam konsumsi energi oleh segmen real estate komersial di Amerika Serikat meningkat dari 38% menjadi 61% pada periode 1979 hingga 2018 karena peralihan gedung perkantoran ke pemanas listrik seiring dengan perkembangan sistem pendingin udara. dan digitalisasi tempat kerja.
Bukan suatu kebetulan
bahwa pangsa bahan bakar minyak dalam konsumsi energi sektor ini merosot dari
14% menjadi 1% pada periode yang sama, dengan pangsa gas alam turun dari 44%
menjadi 34% dan pangsa pemanas distrik berada pada angka 4%. , menurut
Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Pertumbuhan permintaan listrik juga difasilitasi oleh pengembangan infrastruktur energi terbarukan: menurut IRENA, kapasitas terpasang global pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2013–2022, melonjak dari 1.566 GW menjadi 3.372 GW.
Hasilnya,
pertumbuhan permintaan sumber energi terbarukan pada tahun 2013–2022 mencapai
29,4 EJ, atau hanya setengah dari peningkatan permintaan batubara pada masa
keemasan tersebut (meningkat sebesar 62,7 EJ pada tahun 2000–2014). Penilaian
ini diberikan oleh Energy Institute berdasarkan indikator “setara input”, yang
mencerminkan jumlah bahan bakar fosil yang dibutuhkan untuk menghasilkan
listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan.
Permintaan listrik
global kemungkinan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang, sebagian
disebabkan oleh elektrifikasi transportasi, peningkatan ketersediaan jaringan
listrik di Afrika, dan pengembangan teknologi pembangkit listrik off-grid. (tim Liputan)
Editor : Aan