Elektroliser Oksida Padat Dapat Kurangi Intensitas Energi Produksi Hidrogen Sebesar 30%
KALBARNEWS.CO.ID - Elcogen dan
Convion telah menyelesaikan pengujian industri elektroliser oksida padat, yang
memakan waktu total 2.000 jam. Pengujian menunjukkan bahwa produksi 1 kg
hidrogen hijau membutuhkan rata-rata 39 kilowatt-jam listrik, yang 20–30% lebih
rendah dibandingkan angka yang sama untuk elektroliser alkali, serta unit
dengan membran penukar proton. (27 Januari 2024)
Elektroliser basa menggunakan larutan elektrolit cair untuk
menghasilkan hidrogen, sedangkan unit membran penukar proton menggunakan
elektrolit polimer padat untuk menghasilkan hidrogen. Kedua jenis unit
tersebut beroperasi pada suhu tidak lebih dari 80 derajat Celcius, sedangkan
suhu optimal untuk elektroliser oksida padat, yang menggunakan energi panas dan
listrik untuk memecah air menjadi oksigen dan hidrogen, berada di atas 1.000
derajat Celcius.
Kebutuhan akan sumber energi panas eksternal adalah salah satu
alasan rendahnya popularitas elektroliser oksida padat, yang, tidak seperti
unit pertukaran basa dan proton, baru mulai tersedia secara komersial. Produsen
hidrogen memerlukan bukti nyata bahwa elektroliser oksida padat lebih hemat
energi. Inilah sebabnya mengapa pengujian yang dilakukan oleh Elcogen dan
Convion dapat menjadi langkah menuju pengenalan komersial elektroliser jenis
ini.
Selain biaya operasional pemisahan air, biaya produksi hidrogen ramah lingkungan bergantung pada biaya energi angin dan matahari, yang bergantung pada kondisi cuaca yang berubah sepanjang tahun.
Misalnya, tingkat pemanfaatan rata-rata panel surya di Amerika Serikat mencapai 24,4% pada tahun 2022, namun angka tersebut turun di bawah 17% pada bulan Januari, November, dan Desember, sementara meningkat di atas 30% pada bulan Mei, Juni, dan Juli.
Generator angin menunjukkan pola yang sedikit berbeda dengan
tingkat pemanfaatan rata-rata sebesar 35,9% pada tahun 2022: pada periode
Februari hingga Mei, tingkat pemanfaatannya melebihi 40%, turun di bawah 30%
antara bulan Juli dan September. Fluktuasi ini dapat mempengaruhi biaya
produksi hidrogen, apa pun jenis elektroliser yang digunakan. (Tim Liputan)
Editor : Aan