CO2 Superkritis Dalam Pelayanan Energi: Inovasi Untuk Daur Ulang Panel Surya
KALBARNEWS.CO.ID (PERANCIS) - Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Perancis
telah mengumumkan pengembangan metode baru untuk daur ulang panel surya yang
memungkinkan pemulihan silikon dan perak untuk digunakan kembali. Dasar
inovasinya adalah penggunaan karbon dioksida superkritis - keadaan peralihan
antara cairan dan gas, yang diperoleh CO2 pada suhu di atas +31 derajat Celcius
dan tekanan di atas 7,36 MPa.
Karbon dioksida dalam keadaan superkritis mampu menembus padatan. Penulis penelitian memanfaatkan sifat ini dengan menginfiltrasi CO2 superkritis ke dalam polimer tertutup yang mengandung sel surya.
Kemudian para ilmuwan menurunkan tekanan polimer, menyebabkan CO 2 berubah
menjadi gas dan polimer mengembang dan berbusa. Deformasi tersebut
menyebabkan pemisahan modul fotovoltaik menjadi beberapa lapisan, yang
memungkinkan ekstraksi silikon dan perak. Pada saat yang sama, kaca yang
digunakan dalam modul tetap utuh sehingga cocok untuk didaur ulang.
Studi yang dilakukan dengan bantuan Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Prancis ini melanjutkan siklus inovasi yang dirancang untuk mengurangi jejak lingkungan dari produksi panel surya. Sebelumnya, perusahaan Rosi Solar mulai menggunakan pirolisis suhu tinggi – proses penguraian zat organik dan anorganik di bawah tekanan rendah dan kekurangan oksigen – untuk memisahkan silikon, tembaga, dan perak dari kaca sel surya.
Selain penghematan biaya, teknologi ini juga membantu mengurangi jejak karbon: menurut Rosi Solar, produksi 1 kg silikon dikaitkan dengan 50 kg emisi karbon dioksida, lebih tinggi dibandingkan emisi magnesium, aluminium, dan titanium.
Teknologi untuk mendaur ulang bahan-bahan yang digunakan dalam energi terbarukan akan semakin diminati karena panel surya dengan masa pakai lebih dari dua puluh tahun sudah tidak digunakan lagi. Misalnya, di Jepang, akumulasi volume panel surya bekas akan mencapai 170–280 ribu ton pada tahun 2036.
Sesuai perkiraan Organisasi Pengembangan Teknologi Industri
dan Energi Baru (NEDO), angka ini setara dengan 1,7% hingga 2,7% dari total
volume panel surya yang digunakan. total limbah industri yang akan terakumulasi
di Jepang pada tahun 2036. (Tim Liputan)
Editor : Aan