Titimangsa Hadirkan Pagelaran Seni Tradisi “Sukabumi 1980”
Sukabumi yang
berada di tanah Priangan Barat, melahirkan berbagai bentuk seni dan budaya yang
terawat sebagai penghormatan atas keagungan dan karunia alam semesta.
Terhampar
kehidupan dengan alam kesejukan di mana kebun-kebun teh dan karet yang masyhur
digarap sejak dahulu kala.
Lalu Sukabumi pun
tumbuh sebagai peradaban yang maju, dibangunnya rel-rel jalan kereta dan stasiun
yang menghubungkan kota ke ibukota. Sukabumi pun ikut merawat budayanya dengan
melestarikan seni tradisional Sunda.
Kehalusan budi
yang terkandung pada nilai-nilai yang terus dipelihara, terhimpun dalam kawih,
pupuh, tari, bobodoran, ngibing dan ekspresi seni lainnya. Sukabumi di era 1980
adalah masa jaya segala budaya terangkum dan pernah dirayakan. Di mana
peradaban masyarakatnya tercerminkan dalam pola dan perilaku hidup berbangsa
dan bernegara.
Renitasari
Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan,
“Pagelaran seni ‘Sukabumi 1980’ ini tidak hanya tentang memperkenalkan sejarah
pertunjukan kebudayaan Sunda pada 43 tahun yang lalu, tapi juga sebagai upaya
untuk merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang mungkin pernah
terlupakan.
Terselenggaranya
kegiatan ini membuktikan bahwa sebuah acara seni yang tidak harus berfokus di
kota besar, namun acara berkualitas dengan konsep sederhana ditambah narasi
yang kuat dapat diwujudkan di mana pun.
Dengan menyajikan
acara yang memadukan tradisi dan inovasi, kami berharap acara ini menginspirasi
masyarakat di daerah lain untuk melakukan hal serupa, dengan demikian komunitas
seni termotivasi untuk terus berkarya melestarikan seni tradisi di tengah
kehidupan modern dan semangat kecintaan akan budaya semakin menyebar di
masyarakat.”Sukabumi 1980 adalah sebuah rangkaian pagelaran seni tradisi yang
berasal dari Sunda.
Dengan mengambil
latar tempat di Sukabumi, penonton diajak untuk mengingat kembali suasana
Sukabumi di tahun 1980-an ketika diselenggarakannya pentas seni rakyat di
tengah-tengah masyarakat setempat.
Pagelaran ini
menghadirkan seni tari, musik karawitan, dan sinden; yang dipandu oleh Merwan Meryaman
dan Jeni Aripin, serta dibawakan oleh seniman asli setempat dari Sanggar Seni
Gapura Emas, Sanggar Gumintang, juga penampilan khusus oleh Ariel Tatum, Dewi Gita,
Donna Agnesia, Kiara Anjar Candrakirana, dan Happy Salma.
“Sukabumi menjadi tempat yang
memiliki ikatan emosional tersendiri bagi saya, karena kota tersebut menjadi
kota di mana saya lahir dan tumbuh. Di era 1980-an, Sukabumi menjadi salah satu
kota di Jawa Barat yang akrab dengan kesenian tradisional. Beragam kesenian dan
kebudayaan Sunda seperti degung, pencak silat, tari Jaipong, dan berbagai
kesenian khas Sunda lainnya dapat ditemukan dalam berbagai kegiatan masyarakat
seperti di sekolah, upacara peresmian dan hajatan. Setelah pindah dan tinggal
di kota lain, muncul sebuah kerinduan dengan kota yang menjadi akar dari
kehidupan saya.
Berangkat dari kerinduan
tersebut, kami bersama Bakti Budaya Djarum Foundation berkolaborasi dalam menghadirkan
kembali Pagelaran Seni Tradisi ‘Sukabumi 1980’. Semoga kegiatan ini dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat,” ungkap Happy Salma selaku produser,
penampil sekaligus pendiri Titimangsa.
Berdasarkan kesaksian dari
para seniman yang menekuni tradisi dan kebudayaan Sunda, Sukabumi di era
1980-an sangat dekat dan dihargai oleh masyarakat. Di era tersebut, banyak
paguron-paguron atau perguruan pencak silat yang kemudian dikreasikan dengan
ibingan, estetika gerak tubuh, musik kendang pencak, kempul, terompet, menjadi
kreasi Tari Jaipongan yang populer hingga mancanegara.
Tetapi, sejak tahun 2000-an
mulai menurun, karena pengaruh musikalitas luar dengan gaya modern, sehingga gamelan
yang lengkap jarang sekali dibawa tampil. Kebanyakan elemen tradisi hanya
digunakan sebatas memberikan kesan etnik.
“Dalam beberapa tahun
terakhir, saya semakin sadar bahwa saya memiliki minat yang tinggi dengan tradisi
dan kebudayaan Indonesia yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh para
leluhur. Selain mengenakan kain dan juga kebaya dalam berbagai aktivitas, salah
satu tradisi yang saya tekuni akhir- akhir ini adalah mempelajari tari
tradisional. Kecintaan saya akan tari tradisional dimulai sejak 2 tahun lalu
ketika saya mulai mempelajari tarian khas Solo dan Yogyakarta dan di sini saya
berkesempatan membawakan Tarian Jaipong bernama Adumanis yang kental dengan
kebudayaan Sunda. Semoga penampilan kami dapat menginspirasi masyarakat, terutama
generasi muda untuk mempelajari ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” ucap
Ariel Tatum sebagai salah satu penampil dalam pementasan “Sukabumi 1980”.
“Senang sekali jika nantinya
generasi muda bisa merasa dekat dan tertarik dengan seni tradisi, bahwa tradisi
itu tidak kaku dan menari tradisional itu menyenangkan karena lahir dari
kehidupan kita. Acara ini ingin membuat suasana suka cita penuh bahagia, serta
sebagai bukti bahwa kita menghargai pemikiran dan perilaku pendahulu kita,”
tambah Happy Salma yang juga diiyakan oleh Ariel Tatum.(Tim Liputan)
Editor : Aan