![]() |
Dosen UNU Kalbar Sedang Meneliti Kiambang Sebagai Pengusir Kutu Beras |
Di sisi
lain pada lingkungan terdapat gulma tanaman air yang pertumbuhannya pesat.
Sering kali menjadi permasalahan di perairan seperti jenis Salvinia molesta
(kiambang).
Berangkat
dari permasalahan ini sejak awal Agustus 2023, Sulistia Ningsih dan Dahlia
Wulan Sari yang merupakan dosen Fakultas Pertanian Universitas Nahdlatul Ulama
Kalimantan Barat (UNU Kalbar) mencoba meneliti potensi Gulma S Molesta untuk
mengatasi gangguan kutu beras.
Sitophilus
Oryzae atau dikenal sebagai kutu beras merupakan salah satu hama gudang atau
hama bahan simpanan yang menyerang beras, bahkan tepung. Hama ini memiliki
siklus hidup yang singkat yaitu sekitar 30-45 hari pada suhu yang optimal,
sehingga perkembangbiakannya sangat cepat.
Selain
itu, S. oryzae betina mampu menghasilkan telur hingga ratusan butir telur dalam
sekali produksi. Telur akan diletakkan satu persatu ke dalam beras, kemudian
larva akan berkembang di dalam beras dengan memakan bagian dalam beras sehingga
terbentuk lubang gerekan.
Larva
kemudian akan berpupa di dalam beras, kemudian akan menjadi imago atau serangga
dewasa dan keluar dari dalam beras. Imago kemudian akan mencari pasangan dan
kawin, lalu bertelur. Siklus hidup serangga ini akan berputar terus seperti
ini.
Ditemui
di kampusnya pada 23 Agustus 2023, Sulistia selaku ketua peneli mengatakan,
hama ini memiliki siklus hidup yang pendek. Sehingga memiliki kemampuan
berkembangbiak yang cepat.
Selain itu, hama ini juga dapat menurunkan
kualitas beras dengan adanya sisa kotoran dan bekas gerekan pada beras sehingga
beras menjadi berlubang, mudah rapuh, dan kotor. Tidak hanya itu, hama ini juga
dapat menurunkan kuantitas beras karena aktivitas makan larva maupun Serangga
Dewasa (Imago).
“Kami
berharap, dengan adanya penelitian ini dapat membantu memecahkan permasalahan
yang ada. Penelitian kami juga tidak berhenti pada satu bahan alami ini saja,
kami masih terus melakukan proses skrining pada bahan alami lainnya untuk
menemukan bahan alami yang benar-benar efektif dan praktis tanpa menimbulkan
efek samping pada kesehatan manusia dan lingkungan,” jelas Sulistia.
Ditambahkan
Dahlia, kutu beras ini cukup mengganggu bagi ibu rumah tangga. Terkadang pada
beras yang baru kita beli saja sudah ada kutu tersebut. Dari hal ini kami
mencoba mencari solusi untuk mengatasinya dengan cara yang alami agar beras
bisa terbebas dari kutu dan tetap aman untuk dikonsumsi.
“Kami
mencoba memanfaatkan bahan alami di lingkungan yang belum dimanfaatkan dan
cenderung mengganggu seperti S. molesta. Harapan kami, dengan adanya penelitian
ini 2 permasalahan tersebut akan teratasi,” pungkas Dahlia. (rs/tim liputan).
Editor
: Heri