KALBARNEWS.CO.ID (SINGAPURA) Singrow,
perusahaan agri-genomics asal Singapura yang sukses
mengembangkan platform teknologi genomika eksklusif, meluncurkan varietas
stroberi pertama di dunia yang mampu bertahan dari iklim (climate-resilient).
Varietas stroberi baru ini menjadi inovasi pertama yang terwujud berkat
teknologi transformatif tersebut. Singrow juga tengah mengembangkan segmen
tanaman lain yang akan menjawab isu ketahanan pangan di seluruh dunia,
khususnya di Asia dan Afrika sebagai dua benua yang terdampak perubahan iklim. Jumat (3 Februari 2023)Singrow, Luncurkan Varietas Stroberi Pertama diDdunia Yang Mampu Bertahan Dari Iklim
Kesuksesan
varietas stroberi baru dan inovasi lainnya dapat menjadi terobosan penting
dalam upaya dunia memerangi ancaman ketahanan pangan dan malnutrisi. Metode
budi daya stroberi baru ini mengandalkan ilmu genomika mutakhir. Tujuannya,
menciptakan varietas tanaman yang sarat nutrisi, serta mampu bertahan dari
kekeringan dan penyakit.
Stroberi
musiman yang biasa ditanam di area beriklim sedang merupakan komoditas yang
diekspor dari berbagai penjuru dunia menuju Asia Tenggara. Akibatnya, buah
ini menjadi mahal di Asia Tenggara. Bahkan, ekspor stroberi menimbulkan
banyak jejak karbon. Karena mampu bertahan dari perubahan iklim dan memiliki
tingkat panen yang tinggi, Stroberi Singrow kini dapat dibudidayakan di negara
tropis dengan skala luas. Dengan demikian, varietas ini berhasil mengatasi
kendala musim dan suhu, serta sangat potensial bagi petani sekaligus menghemat
biaya yang dikeluarkan konsumen.
"Singrow
menjadi perusahaan pertama yang sukses memanfaatkan teknologi genomika untuk
mengembangkan varietas stroberi komersial yang berkelanjutan dan dapat
dibudidayakan di iklim tropis, seperti Singapura dan Asia Tenggara.
Kesuksesan varietas stroberi ini tercapai berkat riset selama beberapa tahun.
Maka, kami gembira mengumumkan pencapaian tersebut kepada komunitas pertanian
dunia," ujar Dr. Bao Shengjie, CEO & Chief Scientist,
Singrow.
Singrow
memakai teknologi genomika mutakhir berdasarkan pemahaman luasnya atas genom
tumbuhan. Lewat teknologi ini, Singrow meningkatkan nutrisi dan tingkat panen
tanaman pangan dengan varietas yang mampu bertahan dari penyakit dan iklim.
Metode ini lebih produktif ketimbang pembibitan konvensional. Karena mendatangkan
banyak manfaat, teknologi ini semakin marak digunakan di seluruh dunia. Tren
ini terlihat dari izin yang baru saja dikeluarkan Tiongkok atas tanaman pangan
yang mengalami penyuntingan gen (gen-edited crop)[2], serta
budi daya "Golden Rice" yang lebih kaya nutrisi di Filipina[3].
Teknologi
yang mudah dikembangkan tersebut mendatangkan peluang penting bagi industri
pertanian. Apalagi, teknologi ini dapat diterapkan pada banyak tanaman pangan
pokok yang terdampak perubahan iklim. Singrow juga mulai mengembangkan varietas
tanaman pangan baru dengan teknologi serupa. Bahkan, Sungrow memperbanyak
varietas baru hingga merambah segmen tanaman pangan lain seperti beras, jagung,
kelapa sawit lestari, serta sayur-sayuran pokok yang menjadi bahan pangan sehari-hari.
Dr. Bao
berkata, "Suhu yang lebih panas akibat perubahan iklim sangat berdampak
pada produksi pangan. Kami menilai, teknologi molekuler dan pembibitan tanaman
pangan lewat genomika menjadi masa depan di sektor pertanian. Maka, kami bangga
mewujudkan masa depan pertanian di Singapura dan menangani isu tersulit dalam
melindungi masa depan pangan."
Singrow adalah
perusahaan agri-genomics asal Singapura yang mengembangkan platform
teknologi genomika eksklusif demi memenuhi kebutuhan mendesak di industri
pertanian. Lewat sekuensing genomika, anotasi dan adaptasi gen, serta
aplikasinya, Singrow sukses mengembangkan stroberi pertama di dunia yang mampu
bertahan dari iklim. Teknologi genomika Singrow segera mentransformasi industri
pertanian yang bernilai US$ 12 triliun. Maka, Singrow memperluas
skala dan menerapkan teknologi inovatif yang sama pada varietas tanaman pangan
lain yang sangat berperan dalam konsumsi kita sehari-hari. (Tim Liputan)
Editor : Aan