KALBARNEWS.CO.ID (BEIJING) -- Pelonggaran
kebijakan Covid-19 mulai diterapkan Tiongkok, Minggu lalu, sejalan dengan
langkah negara ini untuk kembali menuju kehidupan normal setelah tiga tahun
menangani pandemi secara ketat. Senin (10 Januari 2023).Tiongkok Melonggarkan Aturan Covid-19 Sejalan Dengan Langkah Negara
Tiongkok membuka kembali wilayah nasional di pelabuhan untuk
transportasi kargo, serta wisatawan asing dan wisatawan lokal yang menuju luar
negeri. Tiongkok juga kembali melayani warga Tiongkok yang mengajukan paspor
dan visa untuk keperluan bisnis dan rekreasi.
Kebijakan
karantina dan tes Covid-19 secara langsung di lokasi bagi wisatawan asing yang
berkunjung pun dicabut. Kebijakan serupa juga dicabut untuk disinfeksi
preventif pada barang-barang impor dan pemeriksaan sampel bahan pangan beku.
Maka,
Tiongkok tidak lagi memberlakukan kebijakan karantina atau tes Covid-19 secara
masif. Praktik penelusuran kontak erat atau penentuan wilayah berisiko tinggi
dan rendah turut dihentikan.
Perubahan
kebijakan
Tiongkok
menurunkan penanganan Covid-19 dari Kelas A menjadi Kelas B, serta menghapus
Covid-19 dari protokol perawatan penyakit menular setelah sederet perubahan
kebijakan yang terkait dengan virus penyakit ini. Pelonggaran ini dilakukan
Tiongkok setelah tingkat vaksinasi lengkap mencapai lebih dari 90% dan virus
Covid-19 menunjukkan tingkat keparahan menurun.
Pada masa
pandemi, Covid-19 sebelumnya tergolong penyakit menular Kelas B, namun menjadi
objek kebijakan preventif dan pengendalian penyakit menular Kelas A di
Tiongkok. Untuk itu, penanganan Covid-19 melibatkan kebijakan ketat, seperti
karantina dan survei epidemiologi secara rutin.
Tiongkok
telah menggolongkan 40 penyakit menular yang telah diketahui dalam tiga kelas
(Kelas A, Kelas B, dan Kelas C). Penyakit pes dan kolera tergolong penyakit
menular Kelas A. Sementara, SARS, AIDS, dan tuberkulosis tergolong penyakit
menular Kelas B. Penyakit menular Kelas C mencakup influenza dan penyakit
gondok.
Penggolongan
penyakit menular mengacu pada asesmen lengkap atas berbagai faktor, termasuk
karakteristik patogen, gejala, seberapa luas dan cepat penularan penyakit,
dampaknya pada kesehatan, pengaruh sosial dan ekonomi, serta kekebalan kelompok
dan kapasitas sistem kesehatan, seperti dijelaskan Liang Wannian, Head, COVID-19 Response
Expert Panel, sebuah komite dalam naungan National Health
Commission (NHC), Tiongkok.
"Setelah
pandemi merebak, kami menggolongkan Covid-19 sebagai penyakit Kelas B, namun
penanganannya melibatkan protokol perawatan penyakit Kelas A sebab tingkat
penyebaran Covid-19 yang sangat cepat," ujar Liang. Dia juga menambahkan,
pihaknya belum banyak mengetahui penyakit ini pada tahap awal, dan penanganan
demikian harus ditempuh demi melindungi masyarakat.
Menurut
Liang, beberapa perkembangan penting baru-baru ini telah terjadi, termasuk
mutasi virus yang tidak begitu mematikan, tingkat vaksinasi yang tinggi, serta
dukungan respons epidemi Tiongkok yang semakin baik. Seluruh hal ini menjadi
dasar yang baik untuk membuat penyesuaian terkini.
"Kami
siap menurunkan protokol penanganan Covid-19 menjadi penyakit menular Kelas B
terhadap kasus infeksi lewat langkah-langkah yang lebih akurat dan
ilmiah," kata Liang.
Pakar ini
juga menggarisbawahi, penurunan ini bukan berarti Tiongkok tidak lagi mengendalikan
situasi atau sama sekali menghentikan kebijakan preventif terhadap virus
tersebut.
"Penurunan
ini berarti, kami meningkatkan layanan kesehatan dan respons epidemi,"
tutur Liang.
Tiongkok
pun mengganti istilah Covid-19 dalam bahasa Mandarin pada Desember lalu dari
"pneumonia akibat virus korona baru" menjadi "infeksi virus
korona baru" agar deskripsi penyakit ini semakin akurat.
Meningkatkan
respons Covid-19
NHC turut
merilis panduan pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-19 edisi ke-10, Sabtu
lalu. Panduan ini menekankan pentingnya peningkatan vaksinasi di kalangan
berisiko tinggi seperti warga lansia.
Panduan
ini juga mewajibkan tindak pemantauan dan deteksi dini, termasuk pemantauan
mutasi virus secara berkala, pneumonia yang tidak diketahui, air buangan
di wilayah perkotaan, rumah sakit, sekaligus langkah lain dalam tanggap
darurat, seperti pemantauan kelompok penting.
Masyarakat
tak lagi harus mengikuti tes Covid-19 massal yang hanya bersifat wajib bagi
pihak-pihak yang membutuhkannya.
"Saat
ini, perawatan medis untuk kasus bergejala parah merupakan prioritas
kami," ujar Liang. Menurutnya, vaksinasi yang semakin luas, pemantauan
virus, dan kapasitas layanan kesehatan di daerah pinggiran turut berperan
penting.
"Penanganan
setiap penyakit menular seperti Covid-19 tidak memadai jika kita hanya
bergantung pada pemerintah," kata Liang. "Penanganannya membutuhkan
sinergi dari pemerintah, masyarakat, seluruh lembaga, dan kita semua." (Tim Liputan)
Editor : Aan