KALBARNEWS.CO.ID
(VIETNAM) -- Sejak P100 Agricultural Drone
dilansir, XAG telah memberdayakan agrobisnis, petani, dan pilot muda demi
mempercepat penggunaan drone dalam kegiatan produksi beras di Vietnam. XAG P100
Agricultural Drone mampu melakukan penyemprotan dan penyebaran bibit di lahan
pertanian luas secara akurat dalam waktu singkat. Dengan demikian, drone ini menjadi pembuat terobosan dalam
penghematan biaya dan pertumbuhan laba. (2 Desember 2022).XAG Suplai Petani Padi di Vietnam dengan "Drone" untuk Meningkatkan Penghasilan
Di tengah suplai pangan global yang menipis, dan biaya pangan
meningkat 75% dari level prapandemi, ekspor beras Vietnam melesat 20%
secara tahunan. Vietnam pun menjadi penopang utama yang memenuhi
permintaan beras yang kian melonjak di dunia, terutama setelah beras wangi
mendapat sambutan hangat di pasar premium. Di sisi lain, petani beras
membutuhkan teknologi digital yang meningkatkan produksi secara efektif,
dan drone kini semakin marak terlihat di Delta Sungai Mekong.
Pihak
terdepan yang mempromosikan drone
Di
Provinsi Dong Thap, Le Quoc Trung, 35 tahun, mengelola bisnis yang
bergerak dalam penjualan, servis, dan pelatihan agricultural drone.
Dia sibuk melatih petani mengelola drone XAG sejak Juli
ini.
Sebelumnya,
mayoritas pekerjaan di lahan pertanian dilakukan secara manual, dan petani
tidak mampu menghitung jumlah bibit sebenarnya atau bahkan mendistribusikannya
di lahan pertanian. Inefisiensi dan kurangnya presisi mengakibatkan bibit
terbuang sia-sia, bahkan pemborosan dan biaya tenaga kerja yang semakin
membebani keuangan petani.
Le
termasuk sosok pertama yang memperkenalkan XAG P100 Agricultural Drone sebagai
produk yang sangat cocok digunakan di sawah Vietnam. Drone ini
dapat menanam benih, menyebarkan pupuk, dan menyemprot tanaman padi, serta
dilengkapi sistem navigasi RTK agar drone tetap berada di
jalur yang tepat, dan menghindari tumpang tindih jalur atau kehilangan jalur.
Menurut
Le, penjualan drone dan pemesanan servis meningkat drastis
setelah XAG P100 dilansir. "Desainnya yang dapat dilepas termasuk
unik di segmen drone sehingga pergantian mudah dilakukan di
sela-sela pekerjaan penyemprotan dan penyebaran benih. Berkat daya angkut
hingga 40 kg, drone ini dapat menangani lahan pertanian yang luas
setiap kali lepas landas," jelas Le. Setelah semakin banyak petani yang
menggunakan drone, pertanian digital segera berkembang dan
bermanfaat bagi ekspor beras.
Mengatasi
lonjakan biaya input
Perluasan
skala penggunaan drone juga didorong oleh lonjakan harga pupuk
dan biaya tenaga kerja yang sangat membebani petani. Phan Van Dong, 37
tahun, memiliki sawah seluas tujuh hektar di Provinsi Long An. Seperti banyak
petani lain pada musim tanam, Phan membayar pekerja dengan sebagian besar
anggaran, serta membayar biaya mahal untuk bahan baku dan energi.
Meski
memiliki lahan yang subur, Phan sulit meraup untung dan mencapai arus kas
positif dari aktivitas pertanian akibat lonjakan biaya operasional. Demi
mengatasinya, dia berinvestasi pada autonomous drone buatan
XAG untuk budi daya padi.
Dengan
bantuan agricultural drone, Phan berhasil meningkatkan panen hingga
di atas 10%. "Dibandingkan pekerjaan manual, drone XAG
P100 menghemat benih sebesar 50%, serta pupuk dan pestisida sebesar 30%
sehingga penghasilan saya lebih baik dari sebelumnya," kata Phan.
Phan kini
cukup mengatur tingkat penggunaan drone pada ponsel pintar
untuk menanam benih dan keperluan pertanian lain pada lahan tertentu. Dia
tergolong petani generasi baru yang memanfaatkan teknologi untuk mengubah
aktivitas budi daya padi yang biasa.
Pilot
baru menerbangkan drone di lahan pertanian
Setelah
menyaksikan keunggulan sektor pertanian yang digerakkan drone,
permintaan layanan drone dari kalangan petani berskala kecil
dan lahan pertanian milik keluarga pun meningkat. Hal ini membuka lapangan
pekerjaan baru bagi generasi muda untuk menjadi pilot drone.
Tran Minh
Man, 25 tahun, meninggalkan pekerjaan sebagai tenaga penjual kredit, dan
bergabung dengan tim pilot XAG di pasar lokal. Peralihan karier ini
meningkatkan penghasilan dan pencapaiannya. "Saya dapat melayani petani
dan memperoleh 50% penghasilan yang lebih besar ketimbang bekerja di kota,
tepatnya dari US$500 hingga di atas US$750 per bulan."
Kini, Tran dan pilot lain bekerja sama dengan petani dan koperasi petani
di Dong Thap, membantu mereka menanam benih, menyebarkan benih, dan
menyemprot tanaman dengan drone.
Tran
telah menangani sawah seluas 100 hektar milik sebuah koperasi petani. Pada
akhir 2021, Vietnam memiliki 27.000 koperasi petani dengan pendapatan
rata-rata sebesar VND 4,3 miliar di tingkat nasional pada 2020, dan
nilai ini terus meningkat. Bertanggung jawab mengintegrasikan lahan pertanian
berskala kecil, koperasi petani juga membutuhkan teknologi canggih yang sanggup
mengurangi risiko.
Musim
lalu, setelah berkolaborasi dengan tim Tran dan menggunakan XAG P100
Agricultural Drone, koperasi petani ini mengatasi beban tenaga kerja, menjamin
keseragaman metode kerja, dan menghemat 1/3 material sekaligus meningkatkan panen
hingga di atas 10%.
Dengan
menghadirkan otomatisasi di industri konvensional, drone berhasil
membuat terobosan di sektor pertanian dan pembangunan desa. Setelah kian banyak
pemuda desa yang membentuk tim untuk mengubah kebiasaan di sektor
pertanian, drone akan digunakan secara luas, dan produktivitas
beras akan melesat ke jenjang baru. (Tim liputan)
Editor : Aan