Upaya Maksimal Kejar Target Penurunan Stunting, BKKBN Kalbar Gandeng Perguruan Tinggi

Editor: Redaksi author photo
Penurunan Stunting, BKKBN Kalbar Gandeng Perguruan Tinggi
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Provinsi Kalimantan Barat terus melakukan upaya maksimal untuk mengejar target nasional penurunan stunting 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

Misalnya dengan menggandeng perguruan tinggi untuk melakukan berbagai penelitian dan kajian, Sehingga bisa menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan strategis untuk percepatan penurunan stunting di Provinsi Kalbar.

Hal tersebut diungkapkan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Provinsi Kalbar, Muslimat usai membuka deseminasi hasil penyusunan policy brief bersama perguruan tinggi pada hari Rabu (30November 2022).

Muslimat menyebutkan dalam penanganan permasalahan stunting memang harus dilakukan secara pentahelix. Terutama dengan melibatkan semua komponen seperti kementrian, lembaga, perguruan tinggi, masyarakat perorangan maupun kelompok serta media massa.

"Salah satunya peran perguruan tinggi, kita libatkan dalam kajian-kajian atau penelitian-penelitian dalam melihat masalah stunting atau penyebabnya apakah karena gizi spesifik atau sensitif, rekomendasi dari penelitian atau kajian akan kita tindaklanjuti," ungkap Plt Kaper BKKBN Provinsi Kalbar Muslimat.

Dirinya menambahkan dengan keterlibatan perguruan tinggi maka diharapkan akan ada solusi atau upaya yang bisa dilakukan terhadap pencegahan stunting. Disamping itu dari penelitian atau kajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut juga bisa menjadi masukkan kepada BKKBN atau instansi lain untuk percepatan penurunan stunting.

"Kajian atau penelitian dari perguruan tinggi sangat memberikan masukan kepada kita atau instansi lain yang berperan," katanya.

Muslimat menjelaskan dari hasil penelitian yang dipaparkan dalam diseminasi tersebut direkomendasikan dalam penanganan stunting harus melibatkan semua pihak. Terutama dalam pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil yang harus dilakukan sejak usia awal kandungan hingga sembilan bulan.

Kemudian pada permasalahan lingkungan yang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kasus stunting. Selain itu ketersediaan air bersih ditengah masyarakat juga harus menjadi perhatian. Pasalnya selama ini masyarakat Kalbar masih mengandalkan air hujan untuk dikonsumsi.

"Rata-rata penduduk Kalbar saat ini masih mengkonsumsi air hujan, selain itu masalah sanitasi juga harus menjadi perhatian," kata Muslimat.

"Ini akan kita coba bawa ke rapat koordinasi TPPS untuk kita bahas dan garap bersama, untuk sanitasi terkait dengan Dinas PUPR, pemberian makanan tambahan melibatkan dinas kesehatan, posyandu dan lainnya," tutupnya. (BP/tim liputan).

Editor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini