KALBARNEWS.CO.ID
(PEKANBARU) - Perempuan untuk ASI dan Anak (PUAN) sebuah lembaga
nonprofit pertama di Riau bekerja sama dengan Perkumpulan Perinatologi
Indonesia (PERINASIA) melatih 18 konselor (pembimbing) agar bisa memberikan
pengetahuan, bimbingan dan keterampilan kepada para ibu agar bisa menyusui
dengan baik.PUAN Latih Belasan Konselor Cara Membimbing Ibu-Ibu Hamil Menyusui
"Konselor perlu dilatih agar bisa mendorong
para ibu percaya diri sekaligus mengatasi permasalahan menyusui yang dihadapi
ibu serta mempertahankan pemberian ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan dan
melanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih," kata Ketua PUAN, dr. Dian Dwi
Sary, Sp.A(K). Sabtu
(17 Desember 2022).
Dian Dwi Sary mengatakan, para peserta berasal
dari berbagai latar belakang profesi seperti Dokter Spesialis Anak, dokter
umum, bidan, perawat dan Ketua PKK, dalam acara ini yang digelar di Puskesmas
Limapuluh di RSIA Annisa Pekanbaru.
Ketua Perinasia Cabang Riau, dr. Yuliati, Sp.A.
menambahkan bahwa pelatihan yang diikuti praktik klinik itu dimana peserta
turun langsung menemui para ibu menyusui dan calon ibu menyusui untuk mendengar
perasaan dan pandangan ibu terkait menyusui serta menggali permasalahan mereka.
"Ketika berhadapan dengan para ibu menyusui,
saat munculnya keluhan maka konselor memberikan konseling terkait permasalahan
yang dihadapi para ibu atau solusinya. Pelatihan Konseling Menyusui (PKM)
dengan modul 40 jam sesuai standar WHO/UNICEF/KEMKES angkatan 139,"
katanya.
Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh Ketua Perinasia
Cabang Riau, dr. Yuliati, Sp.A. Acara pembukaan turut dihadiri oleh Direktur
RSIA Annisa Pekanbaru dr. Wilmi, MARS, CBA; Ketua PUAN dr. Dian Dwi Sary, Sp.A
(K), IBCLC; pengurus Perinasia Pusat Eka Susanti, tim Fasilitator Perinasia dan
seluruh peserta.
Materi pelatihan disampaikan oleh 3
Sebanyak tiag fasilitator yakni dr. Cherlina,
Sp.A, M.Biomed, dr. Jeanne Roos Tikoalu, Sp.A, CIMI dan Yusnita Purba, SKM
dibagi dalam 32 sesi meliputi mengapa menyusui penting, situasi lokal menyusui,
cara kerja menyusui,
menilai proses menyusui, mengamati kegiatan
menyusui, mendengarkan dan mempelajari, latihan mendengarkan.
Pada praktik klinik 1 katanya adalah mengatur
posisi bayi pada payudara, serta membangun percaya diri dan memberi dukungan,
latihan membangun percaya diri dan memberi dukungan praktik klinik 2, kondisi
payudara, latihan kondisi payudara, menolak menyusu, mengkaji riwayat menyusui,
praktik mengkaji riwayat, memerah ASI
dan ASI tidak cukup dan menangis.
Selain itu, praktik klinik 3 adalah praktik
konseling BBLR dan bayi sakit, mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI dan
relaktasi, mempertahankan menyusui.
Berikutnya praktik klinik 4, yakni pengetahuan
gizi, kesehatan dan kesuburan wanita, ibu bekerja, promosi komersial produk
pengganti ASI, mengubah praktik pelayanan. (Tim Liputan)
Editor : Aan