KALBARNEWS.CO.ID
(PANGKAL PINANG) - Ketersediaan pangan merupakan hal penting bagi kehidupan
manusia. Sedemikian pentingnya pangan bagi manusia diakui negara bahwa
urusan pangan merupakan urusan wajib. Ketahanan pangan suatu negara akan
menjadi salah satu indikator dari kedaulatan negara itu sendiri. Kamis (1 Desember 2022)Pertanian Urban Solusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perkotaan
Sumber pangan tidak melulu dari pola konvensional
yang membutuhkan lahan luas. Sumber pangan dapat juga adaptif dengan kehidupan
masyarakat perkotaan yang kemudian dikenal dengan model pertanian
urban dan kini banyak dikembangkan di masyarakat.
Pertanian urban didefinisikan sebagai konsep
memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan. Faktor yang
membedakan terletak pada pelaku dan media tanamnya.
Pertanian urban merupakan kegiatan budi daya
tanaman atau memelihara hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota besar
(metropolitan) atau kota kecil untuk memperoleh bahan pangan atau kebutuhan
lain dan tambahan finansial.
Pertanian urban ini berkembang sebagai respons
dari banyaknya masalah yang berkaitan dengan kehidupan di perkotaan, yakni
semakin berkurangnya lahan pertanian karena pembangunan.
Hal ini memicu orang-orang dengan kemampuan dan
pengetahuan dalam bidang pertanian memanfaatkan peluang dengan mengoptimalkan
potensi sumber daya sekitar, guna membudidayakan tanaman sayuran pada lahan
terbatas atau lahan telantar, secara maksimal.
Minsalnya penerapan pertanian urban yang dapat
dilaksanakan pada pekarangan rumah, antara lain hidroponik, polybag, vertikultur dan memanfaatkan rooftop.
Hidroponik adalah istilah yang dipakai untuk
sistem penanaman dalam media air, dimana unsur hara yang biasa diperoleh
tanaman dari tanah digantikan dengan nutrisi buatan dalam media air. Salah satu
caranya adalah dengan memanfaatkan pipa air. Untuk menjamin sirkulasi nutrisi,
dalam rangkaian pipa air tersebut disiapkan alat pompa dengan kapasitas
tertentu.
Selain nutrisi, hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat hidroponik adalah suhu dan intensitas cahaya. Tanaman hidroponik luar
ruang membutuhkan cahaya matahari sekurangnya 8 jam, dengan cahaya yang terbaik
mulai dari pagi sampai tengah hari.
Sementara tanaman hidroponik dalam ruang
membutuhkan cahaya dengan lampu LED yang sudah dipadukan spektrum biru dan
spektrum merah selama 8 hingga 10 jam. Sebagai gambaran, pada lahan kurang
lebih 1 x 2 meter, dengan metode hidoponik dapat menampung sekitar 20 hingga 25
tanaman dalam sekali siklus tanamnya.
Menggunakan polybag adalah cara lain dalam melaksanakan
penanaman di lahan terbatas. Saat menggunakan polybag, media tanam berupa tanah, kompos, dan arang
sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Penanaman dengan cara ini relatif hemat
biaya karena alat yang dipergunakan cukup sederhana.
Cara lain yang cukup efisien dalam memanfaatkan
lahan adalah dengan menerapkan vertikultur. Dengan memanfaatkan bidang
vertikal, seperti dinding dan pagar rumah. Vertikultur biasanya digunakan untuk
menanam tanaman berusia pendek, seperti selada, seledri, sawi, bayam dan
berbagai jenis sayuran lainnya. Keunggulan vertikultur juga pada pot tanaman
yang biasanya berupa botol bekas, bambu atau bahan sekitar rumah yang
dapat "disulap" sebagai wadah tanaman.
Untuk jenis rooftop dengan memanfaatkan bagian atap rumah atau
bagian lantai atas rumah sebagai lahan bertanam. Metode ini dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara penanaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah
kekuatan konstruksi atap atau bagian atas rumah, karena selain untuk tempat
tanaman tumbuh juga harus dapat menahan beban manusia yang berada di atas.
Fungsi taman rooftop, selain pada hasil tanaman juga sebagai peredam
panas matahari yang masuk ke dalam rumah serta sebagai tempat bersantai.
Tren pertanian urban, apabila terus
dikembangkan dapat diproyeksikan menjadi penyuplai bagi ketersediaan bahan
makanan dan ketahanan pangan di wilayah perkotaan. Kemampuan mencukupi
kebutuhan pangan secara mandiri akan mengurangi faktor hambatan distribusi
pangan ke wilayah perkotaan.
Sebagai gaya hidup, tren pertanian urban
dianggap sebagai gaya hidup sehat. Hal ini dikarenakan sebagian besar pertanian
urban lebih memilih menerapkan sistem penanaman organik yang tidak menggunakan
pupuk kimia dan pestisida sintetis.
Pertanian urban dapat menciptakan lingkungan yang
nyaman dan sehat untuk ditinggali dengan berbagai sistem penanaman, seperti
vertikultur, hidroponik dan aquaponik yang dengan mudah dapat diterapkan di area
terbatas.
Pertanian urban bisa dikembangkan oleh masyarakat
banyak sebagai kegiatan produktif untuk pemberdayaan dan menunjang perekonomian
masyarakat. Hubungan sosial kemasyarakatan dapat tumbuh dengan menguatnya rasa
kebersamaan dan menciptakan budaya bergotong royong di lingkungan masyarakat
perkotaan.
Namun, pertanian urban juga memiliki dampak kurang
menguntungkan jika tidak dikelola dengan baik, di antaranya adalah apabila
penerapannya kurang baik dan optimal. Sementara biaya investasi awal relatif
jauh lebih besar dibandingkan pertanian konvensional.
Kemudian, kurangnya keterampilan pelaku serta
sarana pendukung pertanian urban dapat menjadi penyebab utama kegagalan praktik
pertanian urban. Kelalaian dalam perawatan juga memicu berkembangnya nyamuk
yang menjadi sumber penyakit.
Selain itu, sejauh ini pertanian urban tidak
berorientasi pada produksi, sehingga hasilnya masih jauh dari hasil pertanian
di perdesaan atau di lahan konvesnional.
Potensi pertanian urban cukup besar untuk
dikembangkan. Inovasi dan kebijakan pemerintah daerah setempat dapat menjadi
mendorong perkembangan pertanian urban. Sebuah kebijakan pemerintah yang dapat
diterapkan, antara lain terkait dengan penetapan pajak bumi dan bangunan.
Penetapan pajak dengan memodifikasi pendataan
manual dengan teknologi citra satelit dapat memotret luasan rumah dan
pekarangan masyarakat beserta tutupan lahan dan tutupan atapnya.
Kebijakan pengurangan pajak diterapkan bagi rumah
tangga yang memaksimalkan pemanfaatan lahan, bahkan rumah (dinding dan atapnya)
untuk penghijauan, termasuk di antaranya untuk pertanian urban.
Peningkatan ketahanan pangan di level rumah tangga
di masyarakat perkotaan dapat diupayakan dengan pelaksanaan pertanian urban
yang melibatkan banyak rumah tangga pelaku.
Memanfaatkan lahan pekarangan rumah tangga untuk
bercocok tanam berbagai jenis tanaman atau dengan memadukannya dengan beternak
dan memelihara ikan dapat menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka
ragam secara terus menerus serta dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga yang
berkualitas.
Disamping itu, aspek ekonomi juga dapat dirasakan
bagi pegiat pertanian urban, yakni pemangkasan biaya konsumsi rumah tangga
terhadap pangan segar. Jika kebutuhan bulanan rumah tangga untuk konsumsi
sejumlah Rp 1.500.000,- dan bisa dipenuhi 1/3-nya dari hasil tanaman di sekitar
rumah, maka ada kesempatan menabung senilai Rp 500.000/bulan dalam satu
keluarga.
Kesempatan menambah penghasilan juga dimungkinkan
dari menjual hasil panen tanaman, bahkan dapat menutupi biaya kebutuhan rumah tangga
lainnya. Dengan sederet keuntungan yang diperoleh dari berkebun di rumah,
sepertinya tidak ada alasan lagi bagi penduduk perkotaan untuk tidak mulai
berkebun.
Seyogyanya pemerintah daerah, lembaga masyarakat
dan berbagai pemangku kepentingan terkait mendukung penumbuhan
tren pertanian urban.
Dengan adanya kebijakan serta aksi yang mengarah
pada dukungan peningkatan ketahanan pangan di rumah tangga perkotaan akan lebih
mendorong pertumbuhan aktivitas pertanian urban di masyarakat perkotaan. (Tim Liputan)
Editor : Aan