Ir. Reza Wahyudi, S.T., M.T. |
Mengutip
berita dari website resmi Bappenas, Josaphat Rizal Primana
yang saat ini menjabat sebagai Deputi Bidang Sarana
dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas
bahwa peningkatan akses air bersih dan sanitasi layak akan mendukung
tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development
Goals (SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Tantangan dalam penanganan air bersih
dan sanitasi yang ditambahkan oleh Direktur
Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kementerian PPN /
Bappenas Tri Dewi Virgiyanti yakni mengoordinasikan semua
pemerintah daerah di Indonesia agar berkomitmen terhadap isu air bersih dan
sanitasi, memastikan pendanaan untuk mengupayakan pengembangan akses layanan
air bersih dan sanitasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat agar air lebih berkualitas dan sanitasi berkelanjutan.
Kolaborasi
aksi dari aktor antar sektor dan antar tingkatan pemerintah yang berperan dalam
penanganan akses sanitasi layak merupakan strategi yang saat ini dinilai
efektif. Hal tersebut dikarenakan, sistem pemerintahan Indonesia yang telah
membagi ruang lingkup pekerjaan melalui Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) setiap
instansi, sehingga diperlukan kolaborasi aksi dengan tujuan agar dapat
berkoordinasi guna menyepakati “peran” masing-masing dalam penanganan
permasalahan sanitasi.
Pembangunan
Nasional Berkelanjutan
Satu
diantara pilar pembangunan lingkungan yang merupakan tujuan pembangunan
nasional berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu air bersih dan sanitasi layak. Pada sektor sanitasi memiliki
target pada
tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan
merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar sembarangan di
tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan,
serta kelompok masyarakat rentan (Bappenas,
2020).
Tujuan
pembangunan berkelanjutan pada sektor sanitasi tidak akan dapat tercapai jika
pemerintah masih memandang permasalahan sanitasi dari berbagai sudut pandang
setiap instansi pemerintah, hal tersebut disebabkan bahwa permasalahan yang
terjadi saat ini tidak hanya bersumber dari satu sisi permasalahan, melainkan permasalahan
yang terjadi saat ini multi aspek, baik dari aspek operasional, aspek kegulasi
dan kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek advokasi dan komunikasi, aspek peran
serta masyarakat serta pelaksanaan pemantauan dan evaluasi. Diperlukan
paradigma baru dalam penanganan masalah secara utuh pada semua aspek.
Saat ini telah dikembangkan paradigma baru yaitu Complexcity yang memandang sebuah permasalahan tidak memisahkan aspek-aspek yang berkaitan, melainkan memandang aspek-aspek tersebut adalah satu kesatuan. Paradigma complexity berupaya melihat suatu problem secara utuh untuk mendapatkan sebuah solusi yang dapat mencakup seluruh problematika yang ada. Dengan demikian, solusi yang didapatkan tersebut diharapkan dapat terus berlanjut dan berkelanjutan. Kompleksitas/Complexity muncul karena ada banyak variabel (aspek,komponen) yang harus dipertimbangkan dalam suatu permasalahan akibat interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan definisi yang diuraikan, paradigma Complexcity dapat digunakan dalam penyusunan strategi penanganan sanitasi di Indonesia, penanganan sanitasi yang memiliki berbagai aspek yang tidak dapat diselesaikan jika tidak memandang aspek dalam satu kesatuan.
Sustainability science mencoba mendalami pengertian mendasar tentang dinamika sistem manusia-lingkungan, untuk memfasilitasi desain, implementasi, dan evaluasi dari intervensi praktis dalam mewujudkan keberlanjutan pada satu tempat dan konteks tertentu; serta untuk meningkatkan keterkaitan antara “komunitas penelitian dan pencipta inovasi” vs “komunitas manajemen dan penentu kebijakan” (Center for International Development, Harvard University). Sains Keberlanjutan (sustainaibility science) adalah keilmuan yang berorientasi untuk menghasilkan solusi strategis atas isu-isu lingkungan, keanekaragaman hayati, ekosistem tropis, sumberdaya alam, dan sosial-ekonomi menggunakan pendekatan transdisiplin dan berpijak pada paradigma kompleksitas dengan mengutamakan prinsip keterlibatan pemangku kepentingan dan peran kearifan lokal demi tercapainya keberlanjutan bumi dan kesejahteraan umat manusia” (PAH Pengembangan SS, 2017)
Pada konsep sanitasi berkelanjutan/sustainability sanitation terdapat tiga komponen utama yang mendukung terwujudnya sanitasi berkelanjutan. Konsep tersebut merupakan kerangka strategi multi aspek yang saat ini telah diimplemetasikan oleh pemerintah yang disusun dan dipadukan dengan paradigma Sustainainabilty Science. Konsep pemikiran dari komponen-komponen tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.
Kebijakan Sanitasi/Sanitation
Policy
Kebijakan Sanitasi merupakan komponen yang aktor utamanya yaitu pemerintah, dimana melalui kebijakan sanitasi, pemerintah dapat menetapkan regulasi (Regulation) tentang sanitasi, melakukan kajian dan pengaturan kelembagaan (Organisation) sanitasi serta hal-hal yang berkaitan dengan sumber pendanaan (Economic) dalam pembangunan sanitasi seperti APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten Kota serta dapat juga memetakan sumber-sumber dana potensial yang bersumber dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dan sumber pendanaan lainnya yang bersifat hibah ataupun dari partisipasi masyarakat.
Pendidikan Sains dan Teknologi/Science and Technology Education
Sains (Science) merupakan sekumpulan pengetahuan
empiris, teoretis, dan pengetahuan praktis mengenai dunia alam, yang didapat
dan dihasilkan melalui para ilmuwan yang menekankan pengamatan, penjelasan, dan
prediksi dari fenomena di dunia nyata (Peursen,
2008). Definisi Teknologi (Technology) yang telah diungkapkan oleh para
ahli antara lain yaitu sekumpulan alat, aturan, dan prosedur penerapan dari
pengetahuan ilmiah (Manuel Castells, 2004). Teknologi mencakup objek fisik
seperti peralatan atau mesin dan alat tidak berwujud seperti perangkat lunak.
(Skolnikoff, Eugene B, 1993). Pendapat lainnya mengenai pengertian teknologi bahwa
teknologi merupakan suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses
yang berjalan tersebut dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu,
dimana produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada. Lebih
lanjut disebutkan pula bahwa teknologi merupakan suatu bagian dari sebuah
integral yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu
(Miarso, 2007). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), teknologi adalah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk mencapai tujuan
praktis, dan merupakan salah satu ilmu pengetahuan terapan.
Pendidikan sains adalah proses memahami ilmu secara multi dimensi sehingga beradaptasi melalui kegiatan berpikir kritis terhadap masalah yang muncul terkait perkembangan alam (Kartimi, 2021). Sedangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah usaha yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menghasilkan suatu hal yang bernilai lebih (Miarso, 2007).
Melalui uraian definisi yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat keterkaitan antara pendidikan sains dan teknologi, sehingga konsep paradigma ini, menggabungkan antara pendidikan sains yang bersifat empiris, teoritis dan praktis dengan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). Di samping itu, pendidikan sains dan teknologi juga tidak bisa dipisahkan dari konteks budaya masyarakat lokal, regional, nasional dan internasional (Suswandari, 2018). Sehingga, pada komponen pendidikan sains dan teknologi akan menghasilkan karakteristik keilmuan yang memiliki sudut pandang lebih dari satu disiplin ilmu atau multidisiplin.
Sumber Daya /Resources
Pada komponen sumber daya/resources pada konsep
sanitasi berkelanjutan/ sustainaibility sanitation, sumber daya adalah
segala sesuatu yang memiliki manfaat/guna/peran dan menambah nilai hidup. Pada
komponen ini yang termasuk dari sumber daya yang memiliki manfaat dalam
mendukung terwujudnya sanitasi berkelanjutan meliputi sumber daya manusia (SDM),
sumber daya alam (SDA), industri dan juga sarana dan prasarana/infrastruktur. Menurut Mathis dan Jackson (2017), sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu
rancangan sistem-sistem formal dalam suatu organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat dan potensi manusia secara efektif dan efisien agar bisa
mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya, sumber daya alam memiliki arti keseluruhan
faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang membentuk lingkungan sekitar. Menurut
Walter Isard (1972), definisi SDA merupakan keadaan lingkungan dan bahan-bahan mentah yang
dapat dimanfaatkan manusia demi memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan
kesejahteraan.
Komponen sumber daya pada konsep sanitasi berkelanjutan ini juga mempertimbangkan hubungan timbal balik dunia usaha atau industri terhadap lingkungan, sejumlah daerah di Indonesia telah mengatur hubungan timbal balik tersebut melalui peraturan daerah yang mengikat hal tersebut dengan aturan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Sehingga, dunia usaha atau industri memiliki potensi mendukung tercapainya sanitasi berkelanjutan. Di samping hubungan timbal balik berupa tangungjawab sosial dan lingkungan, industri juga berperan dalam mengaktualisasikan hasil dari pemikiran atau riset dari para ilmuan.
Penulis : Ir. Reza Wahyudi, S.T., M.T. (Mahasiswa Doktoral Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, IPB University)