KALBARNEWS.CO.ID
(BANYUWANGI) - Mendengar istilah "healing" rasanya langsung mengarah ke Pulau Bali.
Padahal, sejengkal dari Pulau Dewata, terdapat Banyuwangi yang tak kalah
menarik untuk disinggahi guna melepas penat dari hiruk-pikuk pekerjaan dan kota
metropolis.
Minggu (11 Desember 2022)Banyuwangi, Tempat Eksotis Untuk Refleksikan Diri
Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa
Timur sekaligus yang terluas di Pulau Jawa. Tak mengherankan jika Banyuwangi
kaya dengan berbagai tempat menarik nan eksotis untuk dijelajahi.
Berikut beberapa rekomendasi tujuan wisata di
Banyuwangi yang cocok untuk ditelusuri dan menjadi tempat merefleksi diri.
Kawah Ijen
Bicara Banyuwangi tentu tak lepas dari gunung dan
Kawah Ijen, yang merupakan salah satu danau air asam terbesar di dunia. Gunung
ini terletak di antara dua kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Bondowoso.
Untuk menikmati keindahan Kawah Ijen, pengunjung
harus mau berpeluh dahulu dengan menanjak. Waktu terbaik untuk naik ke atas
adalah sekitar pukul 3 dini hari, demi mendapatkan pemandangan matahari terbit.
Mendaki gunung dengan kontur jalan yang tak mulus
tentu menjadi petualangan yang menantang, terlebih, di kawasan ini, pelancong
harus mendaki dengan sudut kemiringan mencapai 45 derajat. Meski sulit,
pastinya ini dapat menjadi pengalaman yang seru dan menyenangkan.
Namun, jangan khawatir jika pengunjung merasa
tidak mampu untuk naik ke atas gunung. Ada "ojek gerobak" yang siap
untuk membantu pengunjung yang kesulitan. Pengunjung cukup duduk manis di atas
gerobak yang dioperasikan oleh tiga hingga empat orang tersebut. Pelancong bisa
menggunakan jasa ini, baik untuk naik maupun turun kawasan Kawah Ijen. Tarifnya
pun beragam, biasanya berada di kisaran Rp500 hingga 800 ribu.
Selain pemandangan danau berwarna tosca yang memukau, wisatawan juga bisa melihat "blue fire" di Kawah Ijen. Namun, pelancong harus berangkat jauh
lebih pagi lagi, karena kobaran api biru tersebut bisa dilihat di sekitar jam 2
dini hari.
De Djawatan
Setelah menikmati keindahan Kawah Ijen, mari
kembali turun ke bawah dan menyejukkan diri dengan rimbunnya pepohonan trembesi
raksasa di Hutan De Djawatan Benculuk.
Masuk ke dalam kawasan ini segera mengingatkan
wisatawan akan Hutan Fangorn pada film "The Lord of the Ring" yang
memiliki kesan magis dan nostalgia.
Djawatan merupakan hutan lindung yang dikelola
oleh Perhutani KPH Banyuwangi Selatan. Sementara, Benculuk adalah nama desa di
Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.
Lokasi ini sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, dipergunakan sebagai Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari hasil pengelolaan
hutan milik Perhutani di Banyuwangi bagian selatan.
Objek wisata ini agaknya pas untuk dinikmati
bersama keluarga dan orang-orang terdekat untuk menjadi tempat melepas penat,
berbincang, dan berfoto estetik di antara 800 lebih pohon trembesi berukuran
sangat besar yang tumbuh dan masih hidup subur sejak zaman Belanda tersebut.
Taman Nasional Baluran
Gunung sudah didaki. Hutan? Sudah dijelajahi.
Rasanya tanggung jika tidak mampir ke Kabupaten Situbondo yang berbatasan
dengan Banyuwangi untuk berpetualang di tengah sabana nan luas dan kaya akan
satwa yang dilindungi di Taman Nasional Baluran.
Tempat yang juga dikenal sebagai "Africa van
Java" tersebut memiliki sejumlah titik daya tarik, seperti padang Savana
Bekol, hutan hijau Evergreen Forest yang lebat, hingga keindahan bawah laut di
Pantai Bama.
Saat ANTARA mengunjungi Taman Nasional Baluran di
bulan Desember, padang sabana yang membentang, dilengkapi dengan teriknya sinar
matahari, semakin membuat pengunjung serasa berada di latar ala "The Lion
King".
Di Savana Bekol, terdapat dua pohon ikonis yang
menjadi spot foto para wisatawan. Salah satu yang terkenal
adalah sebuah pohon yang dinamai "Pohon Raisa", karena sang penyanyi
pernah melakukan syuting video musik "Jatuh Hati" beberapa waktu lalu.
Taman Nasional Baluran yang eksotis ini juga
menjadi habitat beragam fauna, seperti kerbau, banteng, rusa, kera, lutung,
merak, ular serta beberapa jenis burung kecil.
Jika sudah puas berfoto dan menjelajahi sabana,
pengunjung bisa menuju lokasi Pantai Bama berjarak sekitar 8 km. Sesampainya di
sana, wisatawan bisa melihat hamparan pasir putih, pepohonan mangrove, dan
disambut pula oleh kera abu-abu ekor panjang. Namun, hati-hati, karena kawanan
kera ini cukup "iseng" kepada para pengunjung.
Kunang-Kunang Tent Resort
Lepaskan penat seusai berpetualang ke berbagai
tempat di Kunang-Kunang Tent Resort yang terletak di Licin, Banyuwangi.
Lokasinya terbilang cukup jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, dengan jalanan
bebatuan menuju ke sana yang lumayan menantang.
Namun, perjalanan itu berbuah manis ketika telah
tiba di kawasan glamping ini. Pengunjung segera disapa oleh gemericik
aliran sungai serta serangga dan burung-burung kecil di balik rindangnya
pepohonan hijau.
"Tenda" cantik di Kunang-Kunang
memberikan pengalaman yang menenangkan, baik ketika pengunjung datang sendiri
maupun bersama orang tersayang. Indahnya tanaman hijau yang membentang luas dan
sungai kecil yang dihiasi oleh bebatuan, menjadi pelengkap untuk beristirahat.
Resort ini mengusung tema ramah lingkungan, dimana
semua fasilitas dan layanan yang ditawarkan tak jauh dari konsep keberlanjutan (sustainability), mulai dari penggunaan plastik dari bahan alami, air putih
hingga sabun mandi dengan konsep refill, dan lainnya.
Wisata kuliner
Berwisata ke tempat baru tentu tak lengkap rasanya
jika tak menjajal kuliner khas. Salah satu makanan khas Banyuwangi adalah sego atau nasi tempong, yang biasa dijumpai di banyak sudut kota.
Untuk menu ini, terdapat warung legendaris di
kawasan Bakungan, bernama Warung Nasi Tempong Mbok Wah. Meski cukup terkenal,
warung ini tidak membuka cabang lain dan pengunjung harus melewati gang dan
jalan yang cukup sempit.
Bernuansa rumahan dan sederhana, lauk-pauk yang
disajikan pun memberikan kesan pulang ke kampung halaman yang dekat. Beragam
lauk, seperti ikan asin, ayam goreng, udang goreng tepung, pepes, hingga
pindang koyong berjajar rapi dan siap untuk dicicipi. Tak lupa, ada sambal
tempong yang pedas, namun segar yang cocok menjadi pelengkap hidangan.
Tempong sendiri berarti "tampar". Jadi,
sambal yang berisikan cabai, gula, garam, terasi, dan jeruk limau ini seakan
langsung "menampar" lidah siapa pun yang menyantapnya.
Harga dari menu dan lauk-pauk yang disajikan pun
tak mahal, dimulai dari Rp7 ribu sampai Rp20 ribuan saja. Perjalanan di
Banyuwangi pun semakin lengkap dengan perut kenyang, kantong aman, dan hati
senang.
(Tim liputan)
Editor : Aan