KALBARNEWS.CO.ID (BEIJING) -- Sejak bergabung dengan
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 31 tahun lalu, Tiongkok telah
berkomitmen terhadap kemitraan regional dan kerja sama yang saling
menguntungkan. Tahun ini, Tiongkok kembali mempertegas pentingnya lingkungan perdagangan
yang bebas dan terbuka bagi negara APEC. Selasa (22 November 2022).Tiongkok Dukung Lingkungan Perdagangan Yang Bebas Dan Terbuka Bagi Negara APEC
Dihuni
2,9 miliar jiwa, 21 negara anggota APEC berkontribusi lebih dari 60% terhadap
produk domestik bruto (PDB) dunia. Di tengah kendala yang ditimbulkan pandemi,
lonjakan inflasi, krisis geopolitik dan perubahan iklim, anggota APEC bertemu
di Bangkok, ibu kota Thailand, serta memutuskan untuk mempererat
kerja sama multilateral.
Perdagangan
dan investasi yang bebas dan terbuka menjadi tujuan dan prinsip APEC, seperti
disampaikan Presiden Tiongkok Xi Jinping di APEC Economic Leaders' Meeting
Ke-29, Sabtu lalu. Ajang ini mengulas berbagai isu yang berkaitan dengan
perdagangan dan investasi berkelanjutan.
Menurut
Xi, hal tersebut juga menjadi pilar dari realisasi Visi Putrajaya 2040.
Menegakkan
multilateralisme yang sebenarnya
Presiden
Xi mendorong upaya untuk menegakkan multilateralisme yang sebenarnya, serta
mempertahankan sistem perdagangan multilateral.
Menurut
Xi, berbagai langkah harus ditempuh guna melindungi sistem perdagangan
multilateral yang berbasiskan regulasi, menjaga rantai industri dan pasok dunia
tetap aman dan stabil, membina lingkungan perdagangan dan investasi yang
terbuka, adil, dan tidak diskriminatif, serta berupaya mempercepat realisasi
Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) yang komprehensif dan
berstandar tinggi.
Tiongkok,
termasuk salah satu negara pertama yang meratifikasi perjanjian Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada tahun lalu, juga ingin bergabung
dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership
(CPTPP) dan Digital Economy Partnership Agreement (DEPA) guna meneruskan
integrasi ekonomi regional.
RCEP
dan CPTPP dinilai sebagai jalur berkesinambungan menuju pemberlakuan FTAAP
secara lebih luas seperti target yang ingin dicapai 21 negara APEC.
Menjunjung
prinsip inklusif yang menguntungkan semua pihak
Menekankan
pentingnya pembangunan inklusif, Xi menggarisbawahi langkah yang harus ditempuh
guna membangun arsitektur kerja sama ekonomi regional dengan konsultasi yang
melibatkan kesetaraan, partisipasi bersama dan manfaat yang saling
menguntungkan, serta mengembangkan pasar Asia Pasifik yang berskala besar demi
mendatangkan manfaat bagi semua pihak.
Seluruh
negara dapat berkembang secara bersama-sama lewat pembangunan yang saling
terkoneksi, serta menjalankan kerja sama yang saling menguntungkan dengan
prinsip yang saling melengkapi, seperti dijelaskan Xi.
Tiongkok
telah menjalankan inisiatif untuk merevitalisasi wilayah pedesaan, membantu
usaha kecil dan menengah yang memanfaatkan teknologi khusus dan modern dalam
membuat produk baru dan unik, serta memajukan inklusi ekonomi lewat perdagangan
dan investasi, menurut Xi.
Menjunjung
kerja sama regional yang terbuka
Presiden
Tiongkok ini juga menekankan upaya untuk menjunjung kerja sama regional yang
terbuka. Xi berkata, semua pihak harus berinisiatif membuka diri dan
meningkatkan jenjang kerja sama ekonomi regional dalam seluruh aspek.
Tiongkok
selalu berkomitmen terhadap kebijakan pintu terbuka yang berstandar tinggi,
serta membuka pintu semakin lebar, menurut Xi.
China
International Import Expo Kelima yang baru saja digelar menjadi contoh
dari tekad Tiongkok untuk mendukung perdagangan bebas dan terbuka.
Nilai kesepakatan tentatif di ajang impor ini mencapai $73,5 miliar, membuktikan masifnya pasar
Tiongkok dan berbagai peluang bisnis yang tersedia.
Di sisi
lain, sebagai contoh nyata dari eksplorasi Tiongkok dalam kebijakan pintu
terbuka yang berstandar tinggi, Beijing, ibu kota Tiongkok, mempercepat
pengembangan "dua zona"—zona perdagangan bebas uji coba dan zona
percontohan tingkat nasional yang memperluas kebijakan pintu terbuka di sektor jasa.
Dalam dua
tahun terakhir, ibu kota Tiongkok ini telah melansir lebih dari 100 kebijakan
yang penuh terobosan tentang "dua zona" tersebut, serta meraih lebih
dari 100 proyek penting dan platform fungsional.
Reformasi
dan kebijakan pintu terbuka berhasil menggerakkan pembangunan ekonomi dan
sosial secara drastis di Tiongkok, khususnya dalam dekade terakhir.
Secara
rata-rata, Tiongkok berkontribusi lebih dari 30% terhadap pertumbuhan ekonomi
dunia pada periode 2013-2021, atau menempati peringkat pertama di dunia,
menurut sebuah laporan yang dirilis National Bureau of Statistics,
Tiongkok. (Tim Liputan)
Editor : Aan