KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA)
- Hermawan Kartajaya, Bapak pemasaran Indonesia,
Founder dan Chairman MarkPlus Corp kembali menyelenggarakan webinar Hermawan Kartajaya Webinar Series dengan
tema Market Intelligence in Post Normal Era untuk
ke-sembilan kalinya secara virtual. Kamis (20 Oktober 2022).Kawal Pemasar Hadapi Krisis, Resesi Dan Konflik Tahun 2023
Permasalahan makro
ekonomi yang melanda dunia saat ini berdampak besar pada keberlangsungan bisnis di berbagai sektor.
Ketidakstabilan geopolitik yang dipacu dengan adanya
perang Rusia Ukraina telah berdampak pada inflasi, rusaknya rantai pasokan,
hingga krisis energi. Hermawan menilai saat ini para pemasar
perlu memahami isu makroekonomi, “Gunakan sumber
kredibel seperti IMF, ADB, dan simpulkan seperti apa tindakan yang harus industry anda hadapi.”, ujarnya.
Selain itu,
tingginya suku bunga juga berdampak pada menurunnya daya beli dan harga komoditas. Dalam menghadapi tantangan
tersebut, Hermawan Kartajaya memberi panduan serta
strategi yang bisa diterapkan para pemasar serta pemangku kepentingan untuk
tetap bertahan di tengah gelapnya prediksi
ekonomi global.
“Menghadapi
pertempuran yang ada, peran marketing bukan komunikasi atau berjualan, namun bagaimana memenangkan persaingan.
Dengan prediksi ekonomi akan melambat, perusahaan
harus tetap bertumbuh meski tidak pesat seperti di kondisi normal,” buka Hermawan
Kartajaya. Menghadapi isu ini, Hermawan mendorong perusahaan untuk segera
berinvestasi pada reformasi, “Perusahaan
saat ini perlu berlomba untuk reformasi saat dunia masih di era recovery. Dengan reformasi perusahaan akan
grow lebih pesat daripada kompetitor-kompetitornya.
Meski ekonomi
melambat, masyarakat tidak perlu takut dengan resesi,
Sri Mulyani sudah menyatakan bahwa resiko Indonesia menghadapi resesi hanya 3 persen, tidak seperti negara di Eropa yang
mencapai 70 persen”, ujar Hermawan.
“Yang paling bagus
adalah posisi anda di atas kompetitor, di atas industri, dan di atasekonomi.
Setiap industri pasti ada asosiasi yang bisa meramal bagaimana kondisinya di
2023,sehingga anda dapat pelajaran menyiapkan diri untuk tahun depan. Hal ini
akan dikupas saat MarkPlus Conference 2023
pada sesi Indonesia Industry Outlook 2023 bersama pimpinan asosiasi berbagai industri”, ujar Hermawan.
Contoh kecil dari
reformasi adalah brand arloji Omega, yang justru menghadapi pandemic dengan berkolaborasi dengan Swatch.
Kolaborasi kedua produk arloji ini menjadi contoh model
yang dapat dicontoh brand lainnya, dengan supply-based marketing, Hermawan menilai gabungan antara value yang dimiliki
Omega dan Swatch yang cenderung murah dijangkau
akan ditunggu banyak pecinta arloji. Untuk
mengoptimalkan reformasi perusahaan, pemasar perlu mempertajam market intelligence-nya, salah satunya dengan
memanfaatkan AI untuk mendukung aktivitas perusahaan
sehingga dapat menghasilkan revenue jangka panjang.
“Jika anda ingin memenangkan persaingan meski skala anda
kecil, gunakan market intelligence.
Perusahaan perlu memiliki intelegensi agar mengetahui persis seperti apa sentimen konsumen. Selain dengan AI, juga
harus dilebur dengan kemanusiaan.Bagaimanapun, keputusan tidak bisa diserahkan
ke mesin, keunikan pemikiran manusia yang akan
membedakan anda dengan kompetitor anda”, ujar Hermawan Saat ini konsumen cenderung memilih brand
yang kuat dan terpercaya, maka mengutip Edward
O.Wilson,
Hermawan menyampaikan, masalah yang dihadapi
manusia dalam menghadapi AI adalah
selalu mengandalkan AI sebagai referensi sehingga banyak institusi yang
memanfaatkan data, sehingga saat ini manusia semakin rapuh dengan adanya teknologi,” ujar Hermawan. Bagi Hermawan, para pemasar perlu memanfaatkan
marketing for good, bukan memanfaatkan
teknologi sebagai suatu alat yang berbahaya, melainkan membawa pemasaran pada hal yang berharga seperti
perdamaian, keberlanjutan dan kemanusiaan.
“Penggunaan AI dan
market research sudah sangat dipengaruhi oleh mesin. Bagaimanapun, manusia tetap perlu berperan dengan mindful
dan bijaksana secara emosional sebagai pembuat
keputusan.”, ujar Hermawan. Menutup
sesi ini, Hermawan menekankan pemasar perlu bersiap untuk memanfaatkan sumber daya ke tujuan yang tepat, maka dari
itu Entrepreneurship dan Leadership sebagai bagian
dari konsep CIEL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership) diperlukan agar pemasar tetap bijaksana
dalam menghadapi AI. Konsep ini dikemas dalam buku
Entrepreneurial Marketing yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya,
Hooi Den Huan, dan Jacky Mussry.
Berikut adalah 9
elemen yang harus perusahaan lakukan untuk mendorong market intelligence pasca pandemi:
1. Menentukan
tujuan dan matriks
2. Menentukan
siapa kompetitor dan konsumen
3. Mengoleksi data
dengan AI
4. Memproses data
menjadi informasi
5. Memonitor
informasi
6. Menganalisa
informasi dengan mindful
7.
Mempresentasikan knowledge hasil analisa
8. Membuat
keputusan dengan etika
9. Pembuatan keputusan
didampingi AI Ethics Committee untuk menunjang
Kebijaksanaan. (Tim
Liputan).
Editor : Aan