Kabinda Kalbar Saat Bersama Pasis Dikreg Seskoal Angkatan Ke-60 |
Kabinda
mengungkapkan sejumlah potensi ancaman di masyarakat hingga wilayah perbatasan Kalbar.
“Ada
sejumlah potensi ancaman di wilayah Kalimantan Barat yang perlu menjadi
perhatian dan penanganan serta langkah-langkah antisipasi yang tepat,” kata
Kabinda.
Potensi
ancaman tersebut, ungkap Kabinda yakni menyangkut bidang ideologi, ekonomi,
sosial, budaya, Hamkam hingga geopolitik di masyarakat Kalimantan Barat.
“Potensi
ancaman ini harus ditangani dan diantisipasi sedini mungkin agar tidak semakin
berkembang,” pendapatnya.
“Perairan
Laut Natuna Utara ini kaya akan sumber daya alam dan cadangan minyak bumi dalam
jumlah yang cukup besar. Maka, wilayah ini sangat potensial menimbulkan konflik
antar negara,” ujarnya.
Masih
berkaitan dengan perbatasan wilayah, sambung Kabinda, ancaman juga berpotensi
datang dari perbatasan darat Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia.
“Ada lima
kabupaten di Kalbar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Yakni, Sambas,
Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Wilayah perbatasan ini sangat
krusial dan perlu perhatian besar,” tegasnya.
Kabinda
mengatakan, sejumlah permasalahan yang kerap muncul di wilayah perbatasan
berkenaan dengan praktik-praktik ilegal seperti penyeludupan barang kebutuhan
pokok, narkotika hingga perdagangan orang melalui jalur-jalur tikus.
“Garis batas
negara membentang sepanjang 972 km, melintasi 40 desa dalam 14 kecamatan lini 1
perbatasan,” tandasnya.
Sementara
itu, Dosen Utama Kejuangan sekaligus Pimpinan Rombongan, Seskoal Kolonel Laut
(P) Basri Mustari, M.Han menjelaskan kegiatan yang dilaksanakannya dalam
rangkaian forum strategi satu Dikreg Seskoal Angkatan ke-60.
“Strategi
satu itu menentukan potensi ancaman, dalam hal ini di wilayah maritim ALKI I
dengan cara mencari sumber daya nasional yang ada di Kalimantan Barat,”
terangnya.
“Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kabinda Kalbar yang telah memberikan
materi pembekalan dalam kegiatan ini,” pungkasnya. (tim liputan).
Editor :
Heri