![]() |
Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M.Hum., |
Acara
tersebut turut dihadiri oleh Rektor UNTAN, Prof.Dr. Garuda Wiko, S.H., M.Si.,
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Dr.
Ir. Bambang Hendroyono, M.M.. Kepala Dinas LHK Prov. Kalbar Ir. Adi Yani, M.H.,
Perwakilan dari Organisasi Lingkungan Hidup yang ada di Kalimantan Barat dan
para penggiat pecinta lingkungan, Rimbawan serta Mahasiswa Fakultas Kehutanan
UNTAN.
Gubernur
Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M.Hum juga menyampaikan kekhawatirannya
akan kondisi lingkungan dan alam saat ini.
"Saya mengkhawatirkan kondisi alam dan lingkungan
di Kalbar. Kondisi Gambut yang harus kita jaga, hingga pendangkalan Daerah
Aliran sungai (DAS) di sepanjang sungai kapuas. Mari kita berfikir maju
kedepan, bersama memikirkan langkah perbaikan apa yang bisa kita ambil untuk
lingkungan kita. Dan saya berprinsip untuk tidak mau menjadi orang yang
berperan dalam perusak lingkungan. Kita kesampingkan kepentingan politis,"
tegas Sutarmidji.
Gubernur
juga berharap mahasiswa menjadi agen perubahan dalam menjaga kelangsungan hidup
dan ekosistem di lingkungan kita.
"Mahasiswa
fakultas kehutanan harus ada desa binaan yang diseriusi. Karena kita harus
memperbaiki lingkungan kemudian apapun kesejahteraan masyarakat harus dari
desa. Mahasiswa juga bisa mengelola hutan kota, bisa bekerjasama dengan Pemda.
Kemudian, kita patut bangga, sebagai contoh kualitas durian terbaik di
indonesia yang ada 32 spesies, 12 nya dari Kalbar. Jadi menatap pembangunan IKN
ini kita jangan jadi penonton. Contoh untuk program nasional food estate,
sebenarnya apabila dihitung secara valid, Kalbar dapat menghasilkan beras lebih
dari yang dibutuhkan. Hal tersebut memungkinkan kita mampu menjadi daerah
penyangga untuk memenuhi kebutuhan IKN," harap Gubernur.
Pada
kesempatannya, Sekjen Kemen LHK menyampaikan pengimplementasian Rencana
Operasional FOLU Net Sink 2030. Rencana Operasional Indonesia's FOLU Net Sink
2030 telah disusun secara komprehensif dan ilmiah melalui pendekatan analisis
spasial, seperti indeks kualitas hutan, nilai konservasi tinggi (HCV), jasa
lingkungan ekosistem tinggi, serta indeks biogeofisik (IBGF) serapan karbon
maupun Karhutla.
"Folu
Net Sini ini adalah semua yang telah kita lakukan selama beberapa tahun
terakhir ini dan dalam mengendalikan perubahan iklim bahwa Indonesia punya
komitmen kuat untuk berkontribusi menurunkan emisi yang telah ditetap sebesar
29 persen," jelasnya.
Dirinya
mengungkapkan bahwa komitmen penurunan emisi harus dengan aksi nyata yang
dilakukan dikawasan hutan baik itu hutan konservasi, hutan lindung maupun hutan
produksi. Tak hanya itu tentunya kontribusi penurunan emisi ini harus melalui
aksi mitigasi yang harus dilakukan oleh semua pihak. (ian/tim liputan).
Editor :
Heri